Perempuan-Perempuan Korban Playboy Kacangan (1)

Perempuan-Perempuan Korban Playboy Kacangan (1)

Sudah sembilan bulan ini seorang perempuan, sebut saja Ani, ditinggal kabur suaminya, Bahar (samaran). Sebuah Xenia dibawanya serta. Masih gres. Cerita tadi disampaikan Ani kepada pengacara yang mengurus proses perceraiannya, sebut saja Win. Menurut Ani, dia berkenalan dengan Bahar sekitar dua tahun lalu. Diperkenalkan teman. Orangnya kalem, sopan, dan agamis. Baju takwa dan peci putih menjadi pakaian sehari-hari. Pembicaraannya selalu seputar agama. “Sebelum nikah, Bahar pernah ke rumah. Waktu itu kebetulan melewati waktu Ashar. Begitu terdengar azan, dia buru-buru izin ke masjid,” kata Ani kepada Win, beberapa waktu lalu. Ketika ditanya tentang pekerjaan, Bahar mengaku memiliki saham dalam bisnis batubara di Kalimantan. Karena itulah dia bisa santai lantaran tidak harus turun langsung ke lapangan. “Gaya bicaranya meyakinkan. Terus terang, saya sampai larut dalam pembicaraan. Terpukau habis,” kata Ani seperti ditirukan Win. Kesan pertama itulah yang menyebabkan Ani menerima ketika dilamar. Tidak sampai sebulan setelah itu mereka duduk di kursi pelaminan. Rumah tangga keduanya berjalan ayem tentrem. Seiring berjalannya waktu, Ani yang sejak kecil dididik ketat soal agama oleh almarhum ayahnya ingin lebih fokus mengurusi suami dan anak-anaknya kelak. Untuk itu, Ani minta izin suaminya mundur dari pekerjaan sebagai kepala bagian keuangan di sebuah perusahaan swasta ternama. Tidak dinyana, ternyata Bahar tidak mengizinkan. Alasannya, dirinya tidak butuh perhatian lebih dari istri. “Nanti saja, kalau sudah benar-benar positif hamil, Ani baru boleh mundur. Biarlah sekarang kumpul-kumpul dulu untuk tabungan setelah mereka memiliki momongan. “Ani menuruti saja pendapat suami,” kata Win. Menginjak enam bulau usia perkawinan, belum tampak ada tanda-tanda kehamilan. Ani mulai gelisah. Dia mulai berusaha mencari informasi tentang ini. Ke dokter, ke ahli pengobatan herbal, juga ke beberapa kiai dan ustaz. Semua menemui jalan buntu. Para kiai dan ustaz hanya meminta Ani bersabar dan berdoa. “Ani gelisah karena rata-rata saudaranya sudah dikarunai anak pada tahun pertama perkawinan,” kata Win. Suatu saat berita buruk soal Bahar masuk ke telinga Ani. Kabar yang datangnya dari temannya di Nganjuk itu menyebutkan Bahar adalah lelaki pengangguran yang menyandarkan hidupnya dari satu wanita kaya ke wanita kaya lain. Seorang playboy kacangan. Kata teman tadi,  saudara sepupunya juga pernah jadi korban Bahar. Namanya sebut saja Bunga. Ani tidak percaya begitu saja. Dia mencari informasi lagi soal Bahar kepada banyak pihak. Terutama yang mengaku sudah lama mengenal sosok lelaki itu. Ternyata tidak ada satu pun yang tahu siapa Bahar. Apa pekerjaanya. Dll. Dsb. Dst. Ani tidak terburu mengonfirmasi berita dari teman tadi. Dia menunggu waktu yang tepat. Ani hanya beberapa kali menanyai Bahar tentang perusahaan yang sahamnya dia miliki. (jos, bersambung)  

Sumber: