Kisah Cinta yang Yatim Piatu sejak Balita (2)

Kisah Cinta yang Yatim Piatu sejak Balita (2)

Cinta sendiri kaget setelah sadar telah mengucapkan kebersediaan mengandung anak Toni dan Nia. Kalimat itu seperti meloncat begitu saja. Nasi sudah menjadi bubur. Jadi, harus ditelan walau terasa seret di tenggorokan. Untuk mengesankan bahwa bayi yang bakal dikandung Cinta benar-benar anak Toni dan Nia, direncanakan selama mengandung hingga melahirkan, Cinta ditempatkan di vila mereka di Batu. Rencana pun dijalankan. Dibantu teman SMA-nya yang menjadi dokter, proses pembuahan sel telur Nia dan sperma Toni dilakukan seperti proses awal bayi tabung. Hanya, setelah pembuahan sudah terjadi dan sampai pada tahap bisa dipindahkan, calon janin tadi ditanamkan di rahim Cinta. Bukan rahim Nia. Sejak itu Cinta diungsikan ke Batu. Sejak itu pula Nia berpura-pura hamil dengan memasang bantal di perut. Yang selalu ditambah setiap bulan agar lebih besar sesuai usia kehamilan Cinta. Gadis ini terpaksa cuti kuliah. Setahun. Demi separuh kekayaan Toni dan Nia. Seiring usia kehamilan yang semakin besar, Cinta merasakan sesuatu yang aneh. Yang selama ini tidak pernah dirasakan: rindu selalu dekat dengan Toni. Dan yang lebih aneh, Cinta ingin dipeluk dan dielus perutnya oleh Toni. Pada masa-masa awal masih bisa menahan. Tapi menginjak bulan keempat, keinginan Cinta berdekatan dengan Toni sudah tidak tertahan. Terpaksa Cinta menelepon lelaki tersebut. Awalnya Toni kaget. Mereka berbincang berbisik walau hanya via telepon, khawatir terdengar Nia. Entahlah. Mungkin karena semakin sering berkomunikasi via telepon, Cinta merasa semakin dekat dengan Toni. Cinta bahkan berani mengundang Toni ke Batu dengan catatan: tanpa Nia. Sesuatu yang tampaknya mustahil dilakukan. Tapi, itulah yang terjadi. Celakanya (atau justru untungnya?), Toni mengiyakan. Suatu hari Toni muncul di vila tanpa Nia. Sangat gagah dan handsome. Pakaian ketat yang dikenakan menonjolkan otot-ototnya yang kekar. Tidak kalah dari artis laga. Cinta menyambutnya dengan senyum. Bahkan cipika-cipiki. Toni hanya diam. Bahkan, Cinta merasakan Toni menikmati kecupan yang didaratkan Cinta di kedua pipinya. Ketika Cinta meraih tangan kanan Toni dan meletakkan di perut, perlahan namun pasti dia merasakan lelaki tersebut mengelus-elus dengan penuh kasih perut itu. Jujur, Cinta merasa melayang di antara awan yang mengelilingi puncak Welirang. Dia pun menyandarkan kepala di dada Toni. Dan diterima dengan lapang dan ikhlas. (jos, bersambung)    

Sumber: