Perkawinan Beda Kasta yang Berlayar tanpa Kebahagiaan (3-habis)

Perkawinan Beda Kasta yang Berlayar tanpa Kebahagiaan (3-habis)

Setelah yakin Miskan dan Sarijem memang selingkuh, Darsih menelepon. Ternyata Miskan berdua dengan Sarijem. Ini terdengar dari tawa mereka. Ketika ditanya sedang apa, sambil menguap Miskan menjawab sedang istirahat di rumah. Capai sepulang kerja. Mendadak dada Darsih berguncang keras. Darsih yang sedang mengamati rumah dari jauh segera berlari dan mendobrak pintu. Seperti diduga, pemandangan menyakitkan tersuguh di depan mata. Miskan dan Sarijem yang sedang tidak mengenakan pakaian lengkap tampak berpelukan di sofa kamar tamu. Tepergok berselingkuh, Miskan diam, tak banyak bicara. Dia tidak membela diri atau berusaha menutupi aibnya. Dia bahkan terang-terangan berharap selingkuhannya itu diterima Darsih sebagai madu. “Dia memang kekasihku,” aku Miskan. “Mau kan kamu menerimanya sebagai madu?” Tentu saja Darsih bagai terpapar limba nuklir mendengarnya. Panas-dingin dan nyeri menjalar cepat di sekujur tubuh. Spontan Darsih merespons kalimat tadi dengan tamparan keras di wajah Miskan. Darsih murka. Dia tidak menyangka Miskan bisa setega itu. Padahal di awal perkawinan, mereka bersumpah akan mempertahankan kisah kasih mereka yang tidak ditetujui orang tua. Mereka akan membuktikan bahwa cinta mampu memupuk subur tali kasih. Tapi apa yang terjadi? Dengan enteng Miskan mengakui dosanya berselinguh dengan janda warung pangku itu tanpa beban. Miskan pun hanya menyodorkan tangan kosong ketika ditanya di mana uang yang selama ini dia kirimkan. Saat itu barulah Darsih sadar hasil kerja kerasnya di mancia negara tidak berwujud apa pun. Tanah yang via telepon diakui Miskan dibeli dari hasil tabungan Darsih selama di rantau ternyata  hanya ada di angan-angan. Di rumah orang tuanya, Darsih tak henti-henti menyesali pernikahannya dengan Miskan. Dia menyesal dulu tidak menurut pitutur orang tua. Darsih juga menyesal selama ini terlalu percaya sehingga semua uang hasil kerjanya selalu dia kirimkan ke Miskan. Darsih bertekad tidak akan melanjutkan perkawinannya dengan Miskan. Dia segera mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama (PA) Surabaya. Setelah semua beres, dia berencana kembali ke Arab Saudi barang setahun-dua tahun. Dia akan berusaha mengumpulkan modal agar nanti bisa berbisnis kecil-kecilan di rumah. “Saya sanggup kok kalau hanya menghidupi seorang anak,” tekadnya. Yang tidak disangka-sangka, Miskan berbuat ulah. Anak mereka yang selama ini diasuh ibunda Darsih kini diperebutkan. Miskan ngotot agar hak asuh anak itu jatuh ke tangannya. (jos, habis)  

Sumber: