Perkawinan Beda Kasta yang Berlayar tanpa Kebahagiaan (1)

Perkawinan Beda Kasta yang Berlayar tanpa Kebahagiaan (1)

Pernikahan tanpa restu orang tua Miskan (samaran) vs Darsih menggoreskan lukisan rumah tangga yang carut marut. Amburadul di sana-sini. Miskan tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Setiap bulan selalu didera kekurangan. Apalagi, sejak lahir anak semata wayang mereka. Restu dari orang tua Miskan tidak pernah diberikan hingga rumah tangga mereka hancur. Karena itu, ketika ada penawaran kerja dari rekannnya yang menjadi TKW (tenaga kerja wanita) di Arab Saudi, Darsih tidak menyia-nyiakannya. Berbekal uang saku pinjaman tetangga kerabat dan sahabat, berangkatlah Darsih ke negeri petro dolar. Sejak itu kebutuhan keluarga mulai tercukupi, bahkan berlebih. Miskan sudah bisa menabung dan membeli motor, walau bekas dan mengangsur. Terutama untuk mengantar-jemput anak mereka yang dititipkan ke orang tua Darsih. Tiap pagi Miskan mengantarkan anaknya ke sekolah, siangnya menjemput dan menitipkan  ke mertua, dan sore menjemputnya untuk diajak pulang. Begitulah rutinitas yang harus dijalani pria asal Jogjakarta ini. Hari berganti hari dan minggu berganti minggu, kebosanan mulai menyapa pria berambut keriting ini. Mulailah dia menitipkan sepenuhnya si anak kepada mertua. Untuk meringankan beban mertua, dia meninggalkan motor bekas kreditannya di rumah mertua. Dua hari sekali dia sambang. Tapi, rutinitas itu ternyata tidak bertahan lama. Seiring waktu, Miskan semakin jarang memunculkan batang hidungnya. Tidak hanya itu, Miskan juga mengurangi uang bulanan untuk kebutuhan anaknya. Tentu saja hal ini menjadi beban tersendiri buat ibu Darsih, sebut saja Minah.. Karena itu, suatu saat dia menghubungi Darsih dan bertanya: benarkah uang jatah untuk cucunya dikurangi? Ternyata Darsih mengatakan tidak. Beberapa kali dia malah titip uang dalam kirimannya ke Miskan untuk bapak dan ibunya. Agar kedua orang tuanya itu membeli baju baru. Ini terjadi dua kali menjelang Lebaran dan tahun baru tempo hari. “Anak saya memang jarang pulang,” kata Minah ketika mendampingi anaknya di Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Dapat jawaban seperti itu, muncul berbagai kecurigaan di bati Minah. Dia pernah menyarankan anaknya merendah minta restu ke orang tua Miskan, tapi penerimaan kedua mertuanya sangat menyakitkan. Surat yang dikirimkan Darsih via pos sam sekali tak ditanggapi. Sebelum Darsih pergi ke Arab Saudi, dia dan suaminya sering sowan ke orang tua Miskan, tapi selalu ditolak. Miskan dan Darsih tidak pernah ditemui. Jangankan ditemui, dibukakan pintu pun tidak. Hanya pembantu yang keluar menemui Miskan, Darsih, dan anaknya yang waktu itu masih duduk di bangku PAUD. Pada keluarga Miskan memang masih mengalir darah biru. (jos, bersambung)    

Sumber: