Balada Suami Beristrikan Wanita Doyan Seks (5-habis)

Balada Suami Beristrikan Wanita Doyan Seks (5-habis)

Istri Berubah, Gak Kober Kathok’an

Sepanjang jalan Tatik menangis. Brahim yang melihat arak-arakan itu dari jauh hanya bisa menitikkan air mata. Marah. Sedih. Bercampur jadi satu. “Aku akhirnya berpikir dia (Tatik, red) sudah tidak bisa ditata lagi. Aku harus bisa merelakannya,” kata Brahim saat ditemui di warung dekat PA. “Makanya aku di sini,” imbuhnya. Tapi, hampir sebulan setelah itu Memorandum tidak lagi pernah menemuinya di seputaran PA. Memorandum mencoba mencari Brahim di alamat yang pernah dia berikan kapan hari. Saat Memorandum memencet bel rumahnya, ternyata Brahim sendiri yang muncul. Dia bergegas mempersilakan masuk. Tidak lama kemudian muncul perempuan cantik. Bodinya wow… amat terawat. Kulit mukanya glowing dan terkesan kenyal. “Kenalkan, istriku,” kata Brahim. “Tatik,” sambung perempuan cantik tadi. Tatik? Wow… wow… wow… dahsyat. Makanya Brahim sulit melepaskan perempuan tersebut. Sekilas melihatnya saja, rasanya tubuh ini, dari ujung kepala ke ujug kaki, seperti gringgingen akut. Apalagi… “Buatkan kopi. Dua. Pahit,” kata Brahim sambil menepuk pantat Tatik. Heeemmm. “Jadi?” tanya Memorandum sambil memandang mata Brahim. Brahim membalas pertanyaan itu hanya dengan senyum. “Tampaknya aku harus mengurungkan niat menceraikannya. Kami sudah membuat kesepakatan,” bisik Brahim. Lirih tapi tegas sambil melirik Tatik. Semudah itu? Seperti yang berkali-kali selalu dilanggarnya? Brahim menyatakan kali ini berbeda. “Kali ini dia kusumpah di bawah Alquran. Kalau melanggar lagi, tidak ada pilihan lain: dia aku ancam cerai,” kata Brahim. Sejak disumpah, Tatik kelihatannya memang berubah. Dia lebih suka mengurung diri di kamar. Jarang sekali jagongan di ruang tamu atau teras. Apalagi bercanda dengan para penghuni kos. Tatik juga tidak lagi sering kya-kya bersama komunitas arisan. Sikapnya terhadap Brahim pun semakin mesra. Bila dulu jarang menawarkan kebersamaan, kini Tatiklah yang justru lebih rajin mencolek Brahim untuk diajak berpiknik ke dunia wow. Brahim sampai kuwalahan. Boso Suroboyoane: gak kober kathok’an. Jadinya Brahim lebih suka sarungan kalau pas di rumah. Praktis, isis. Bila perangkat lunaknya mendadak dibutuhkan untuk diubah jadi perangkat keras, dia tinggal mengangkat ujung sarung, lantas set-set-wet (SSW). Seiring berjalannya waktu, Brahim baru menyadari tentang istrinya yang punya keistimewaan: doyan! Maniak. “Selama ini aku salah menyikapinya,” kata Brahim. Diakui Brahim, selama ini dia menganggap perempuan yang doyan begituan adalah perempuan yang rendah. Tidak memiliki harga diri. “Makanya setiap dia minta, aku selalu menghindar. Baru kalau aku butuh, aku meminta dia. Aku salah,” ucap Brahim. Lirih. Tatik keluar dari ruang tengah. Dia menunduk menurunkan cangkir-cangkir kopi seraya melempar senyum. Tak sengaja Memorandum memandang belahan dadanya. Ah… sudahlah… (jos, habis)        

Sumber: