Ekonom Untag Surabaya: PMK Berdampak pada Kenaikan Harga Daging

Ekonom Untag Surabaya: PMK Berdampak pada Kenaikan Harga Daging

Surabaya, memorandum.co.id - Jelang Hari Raya Iduladha, merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ribuan hewan ternak kian menimbulkan kekhawatiran. Sebab, penyakit yang menyerang hewan sapi, kerbau, kambing, dan babi ini, membuat harga daging di pasaran mulai naik. Hal ini disampaikan oleh pengamat ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Dr Ec Ulfi Pristiana MSi. "Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, maka itu sangat berdampak. Data saat ini, harga hewan sapi dan daging sapi sudah mulai naik, sedangkan sebentar lagi kita akan berhadapan dengan Hari Raya Iduladha,” terang Ulfi, yang juga Ketua Program Studi (Kaprodi) Sarjana Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untag Surabaya, Selasa (24/5). Karena itu, Ulfi berharap kemunculan PMK dapat segera ditangani. Baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bila tidak tertangani dengan baik, Ulfi menyebut hukum permintaan akan naik. “Jika harga barang naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun, dan itu yang terjadi saat ini. Pedagang tidak mau menyediakan daging dengan jumlah yang banyak, karena dia tau ada ketakutan dari konsumen,” ujarnya. Dampak lainnya dari merebaknya PMK ini, lanjut Ulfi, yakni terjadinya inflasi yang mengakibatkan nilai uang akan turun. “Nilainya yang akan turun bukan uangnya, karena harganya naik terus. Katakanlah harga daging per kilogram Rp 110 ribu, sekarang naik menjadi Rp 150 ribu, nilainya kan jadi turun tetapi dagingnya tetap 1 kilogram,” papar dia. Berangkat dari sini, Ulfi menyatakan, wabah PMK menimbulkan dampak yang sangat besar bila tak segera tertangani dengan baik. Dia lantas mendorong agar dinas peternakan melakukan langkah cepat supaya wabah PMK tak berkelanjutan. "Mungkin pemerintah dan dinas peternakan dapat segera menemukan solusinya agar penyakit itu bisa lewat, karena dampaknya ke ekonomi sangat besar,” ujarnya. Kemudian, Ulfi juga menyinggung mengenai potensi kebijakan impor sapi. Hal tersebut menurutnya bisa saja terjadi. "Itu jika kebijakan pemerintah tidak mendukung peternakan sapi di Indonesia, maka hal itu akan terjadi. Seharusnya kita punya kebijakan yang dibuat dengan benar untuk mendukung peternak dan petani di Indonesia, karena itu sangat penting sekali,” tegasnya. Selain menyangkut kesejahteraan rakyat kecil, kebijakan pemerintah yang tidak mendukung pemberdayaan peternak dapat mengakibatkan perekonomian, produktivitas, dan daya beli akan menurun di masa yang akan datang. “Saat ini kita dituntut untuk bagaimana meningkatkan sumber daya yang berkualitas di Indonesia. Dan menurut saya, itu dapat dimulai dari yang kecil,” jelasnya. Guna mengantisipasi lonjakan wabah PMK ini, Ulfi merasa perlu ada sinergitas antara dinas perdagangan dan dinas peternakan. Dinas peternakan dapat ambil bagian dalam mengatasi dan mencegah berkembangnya PMK, sedangkan dinas perdagangan mengatur pengelolaan perdagangan daging yang ada. . Ulfi berharap, dalam waktu dekat permasalahan PMK sudah bisa teratasi melalui sinergi dari masing-masing dinas terkait, sehingga yang terdampak dapat berjalan normal kembali. "Kalau dari dinas peternakan membutuhkan adanya vaksin terhadap hewan ternak, kenapa tidak? Pemikiran saya hanya begini, bagaimana kita meningkatkan sumber daya manusia, meningkatkan pendapatan rakyat kecil,” paparnya. Terakhir, Ulfi mengimbau agar para peternak tak disalahkan dan tidak ditakut-takuti, karena akan membuat semakin down. “Mari kita dukung dan dampingi mereka dengan vaksin gratis,” tuntasnya. (bin)

Sumber: