Perjalanan Biduk Rumah Tangga Lelaki Mbeling (6-habis)

Perjalanan Biduk Rumah Tangga Lelaki Mbeling (6-habis)

Perceraian yang Dipersiapkan

Rudi menjelaskan, dua tahun terakhir Wiwid memang sering mengeluh kepalanya yang sakit. Tapi, Rudi menganggap itu sebagai sesuatu yang biasa. Rudi hanya menyarankan Wiwid minum obat sakit kepala yang dijual di apotek dan toko-toko obat. Sakit kepala Wiwid memang sembuh. Tapi, Rudi tidak pernah mengerti bahwa Wiwid bergantung pada obat penghilang rasa nyeri tersebut. Sehari Wiwid bisa mengonsumsi hingga tiga kali obat sakit kepala. Padahal, yang tertulis pada kemasan obat tadi menjelaskan konsumen hanya boleh mengonsumsinya sekali sehari. Bila sakit berlanjut, konsumen disarankan pergi ke dokter. Sudah dua minggu di rumah sakit, ketika Wiwid secara khusus memanggil suami, “Aku minta Mas Rudi mengajak Kenanga kemari. Aku ingin bertemu. Ada sesuatu yang ingin kusampaikan kepada dia. Juga Mas Rudi.” Sayang, Kenanga tidak bisa memenuhi permintaan Wiwid. Alasannya sederhana: takut dimarahi dan diminta berpisah dari Rudi. Wiwid tidak memaksa. Dia hanya titip pesan kepada Rudi untuk disampaikan kepada Kenanga. Begini isi pesan yang dituliskan pada selembar sobekan kertas: Adik Kenanga, aku tidak bakal marah kepada Adik. Dulu aku memang sempat marah, tapi kini aku ikhlas menyerahkan Mas Rudi kepada Adik. Pesanku, jaga dia. Mas Rudi orang yang baik dan sabar. Tidak pernah menyakiti aku, kecuali menikah diam-diam dengan Adik. Tapi sekarang sudah aku maafkan semua. Berjanjilah?! Kakak yang mencintaimu, ttd Wiwid. Wiwid juga menjelaskkan kepada Rudi bahwa dia tetap pada pendiriannya tidak bakal mau dimadu. Karena itu, dia sudah mempersiapkan segalanya dengan minta tolong seorang pengacara untuk menguruskan gugatan cerai. “Mas Rudi tidak usah sedih. Kalaupun aku meninggal sebelum putusan hakim, anggap semua sudah menjadi ketetapan-Nya,” kata Wiwid. Menurut Rudi, saat ini proses perceraiannya dari Wiwid memasuki tahap mediasi. “Tapi apa gunanya untukku?” kata Rudi. Putus asa. Rudi menambahkan bahwa sejak dirawat di rumah sakit, dia hanya bisa sekali membesuk Wiwid. Sejak itu perempuan tersebut tidak mau dijenguk lagi. Hanya orang tua dan saudara-saudaranya yang boleh membesuk. Berkali-kali dia bersusaaha menemui Wiwid di rumah sakit, namun pertugas dengan tegas menyatakan bahwa pasien dalam kondisi yang tidak memungkinan untuk dikunjungi. Sementara itu, proses perceraian terus berjalan di PA. (jos, habis)      

Sumber: