Ketika CLBK Berujung Nestapa (3)

Ketika CLBK Berujung Nestapa (3)

 Semua Harta Benda Diklaim sebagai Harta Bersama

Sebagai ibu Gondo, Nining merasa berhak atas semua yang ada di rumah itu. Semuanya. Termasuk perhiasan yang dipakai Rima. Rima tidak membantah. Ternyata kediaman Rima itu semakin dimanfaatkan Gondo dan Nining untuk tambah merongrong. “Saya bingung. Padahal, Mas Gondo sudah tidak kerja lagi. Saat menikah memang masih bekerja. Tapi, kemudian dipecat karena menggunakan uang perusahaan untuk keperluan pribadi,” kata Rima kepada ibunya. Celakanya, Nining tidak pernah tahu bahwa anaknya sekarang sudah jadi pengangguran.  Nining bahkan sering mengambil uang di tas atau dompet Rima. Kalau Rima protes, Nining selalu mengatakan uang yang ada di rumah itu adalah milik bersama Rima dan Gondo. Karena itu, Nining sebagai orang tua Gondo juga berhak atas uang itu. Menurut Lastri, rumah tangga Rima tidak bisa dipertahankan seperti itu. Sikap Gondo dan Nining itu salah. Menyimpang. Karena itu harus diluruskan. Agar tidak ada kesewenang-wenangan di dalamnya. Lastri lantas memanggil Gondo dan Rima. Mereka diajak berbicara di rumah Lastri di Wiyung. Mereka didudukkan dan dinasihati. “Maaf. Ibu tidak bermaksud mencampuri urusan rumah tangga kalian. Tapi sesuatu yang harus kalian sadari. Dalam perkawinan, harta kekayaan tidak selalu menjadi milik bersama. Maaf,” kata Lastri. Harta itu jadi milik bersama kalau harta tersebut didapatkan sang suami semasa perkawinan berjalan. Harta suami otomatis menjadi harta istri juga. Namun sebaliknya, harta istri tidak otomatis menjadi harta bersama. Apa yang diusahakan istri adalah milik pribadi istri tersebut. Suami tidak berhak ikut campur, kecuali bila istri memberikannya dengan ikhlas kepada suami. “Jujur saya miris melihat rumah tangga kalian. Kasihan Rima. Dan sekali lagi maaf, Nak Gondo harus bisa memberi pengertian ke Ibu. Nak Gondo paham?” tanya Lastri. Gondo diam. Lastri sepertinya memahami bahwa Gondo tidak berkenan atas nasihat yang dia sampaikan. Tapi, fakanya yang menyampaikan itu adalah sebuah kebenaran. “Nak Gondo adalah kepala rumah tangga yang kelak di akhirat kelak bakal dimintai pertanggungjawaban atas rumah tangga yang dipimpinnya.” Gondo masih diam. Gestur tubuhnya tidak enak dipandang. Juga dirasakan. Lastri sangat merasakan itu. “Bagaimana menurut Nak Gondo?” tegas Lastri. Tanpa ada yang menduga, Gondo mendadak berdiri dan tanpa pamit berjalan keluar. Rima kaget. Lastri kaget. Mereka berteriak hampir bersamaan, namun tidak dihiraukan. Gondo terus melangkah, bahkan tidak menoleh sama sekali. Langakahnya bahkan semakin lama semakin cepat seperti orang berlari, kemudian naik taksi yang kebetulan lewat dan dihentikan. (jos, bersambung)      

Sumber: