Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Penyelamatan (3)

Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Penyelamatan (3)

Namun sebelum ia melangkah keluar dari gardu, tiba-tiba terdengar hiruk pikuk di bagian dalam halaman istana. Perwira itu melihat dari celah pintu gerbang dan ia terperanjat saat melihat orang-orang dengan ciri khusus telah berada di balik gerbang. Mereka sedang dikeroyok sejumlah prajurit yang berdatangan karena mendengar keributan di bagian depan. Meskipun demikian, kehadiran pengikut Ki Barungga yang berhasil menerobos memasuki halaman istana telah mempengaruhi kejiwaan para prajurit penjaga. Maka dengan cepat mereka dapat merebut keseimbangan pertempuran di halaman depan. Perbedaan jumlah ternyata tidak mempengaruhi keseimbangan pertempuran karena kelompok orang yang dipimpin Ki Barungga mempunyai kepandaian di atas rata-rata prajurit Kediri. Dengan demikian maka pertempuran itupun menjadi tidak seimbang. Satu per satu prajurit Kediri roboh bersimbah darah. Mereka tidak dapat mendesak kelompok Ki Barungga karena yang terjadi justru kelompok Ki Barungga membuat dinding rintang menjadi porak poranda seperti diterjang badai. Namun Toh Kuning tidak ingin melihat kelompok itu dapat menguasai keadaan, maka dua orang prajurit dari pasukan khusus diperintahkannya untuk memasuki lingkaran pertempuran. Ternyata kehadiran dua orang dari Selakurung ini menjadikan pertempuran semakin sengit. Prajurit jaga dapat segera merasakan perbedaan yang nyata. Kini mereka mulai dapat mendesak lawan-lawannya karena Toh Kuning telah mengikat Ki Barungga dalam satu perang tanding. “Gandrik!” Ki Barungga mengumpat kasar ketika melihat Toh Kuning telah menghadang gerakannya. Didorong oleh rasa tanggung jawab yang tinggi atas keselamatan rajanya, Toh Kuning segera menggebrak dengan dahsyat. Sebenarnya Ki Barungga merasa jerih dengan kehadiran Toh Kuning. Ia sebelumnya telah meyakini Ken Arok akan memenangkan perang tanding melawan Toh Kuning. Kemudian ia mengajak orang lainnya untuk meneruskan rencana sebelumnya. Namun sekarang, melihat kehadiran Toh Kuning, ia beralih pikiran bahwa Ken Arok mati dalam perang tanding. Maka ia begitu saja menyerahkan diri pada prajurit Kediri. “Mengapa Ken Arok begitu bodoh lalu mati mengenaskan?” Ki Barungga melemparkan senjata lalu mengulurkan dua tangannya. “Kalian dilarang menghukum mati para penyusup ini sebelum Ki Tumenggung Mahesa Wunelang mengambil keputusan,” kata Toh Kuning sesaat setelah meringkus para penyusup kawanan Ki Barungga. Para prajurit itu mengangguk. Sementara itu perwira jaga masih mengalami gejolak dalam hatinya, ia belum dapat menerima kejadian yang berlangsung cepat. Ia melihat betapa Toh Kuning berkelebat sangat cepat lalu tiba-tiba seorang penyusup terjatuh dan menyerah. “Ki Lurah!” panggil Toh Kuning pada perwira itu sementara ia sendiri telah berada di beranda istana. Perwira itu segera berlari menyusul Toh Kuning lalu mengantarkan Toh Kuning menemui Sri Baginda Kertajaya. “Sri Baginda,” Toh Kuning membungkuk hormat. “Apakah kau yang bernama Toh Kuning?” bertanya Sri Baginda Kertajaya. “Benar, Baginda,” “Aku berterima kasih padamu karena berhasil menyelesaikan persoalan yang baru saja terjadi di halaman. Lalu katakan sekarang keperluanmu!” perintah Sri Baginda. “Saya diperintahkan oleh Ki Tumenggung Gubah Baleman untuk membawa Baginda keluar dari kotaraja.” Sri Baginda memandangnya dengan kening berkerut. Ia seperti mengenali Toh Kuning kemudian ia teringat dengan pesan yang pernah disampaikan Gubah Baleman beberapa waktu yang lalu. “Baiklah,” kata Sri Baginda lalu bangkit berdiri dan memasuki biliknya. Beberapa pelayan menyusulnya ke dalam dan mempersiapkan segala keperluan raja. Sejenak kemudian rombongan kecil Sri Baginda telah keluar dari istana melalui sebuah pintu kecil yang berada di bagian samping bangunan utama. Dua prajurit Selakurung berada di depan dan mereka bertugas untuk menjadi pengawas sekaligus pengamat. Sedangkan Toh Kuning berjalan di sisi Sri Baginda Kertajaya. Ia membuat jarak yang cukup rapat pada sisi penguasa Kediri itu. Sinar matahari yang membuat gatal di kulit kemudian menuntun mereka berjalan melingkari lereng Kelud bagian barat. Selanjutnya mereka berhenti di sebuah pedukuhan terpencil tetapi Toh Kuning mengenali wilayah itu dengan baik. (bersambung)      

Sumber: