Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Gerbang Pasukan Khusus (4-habis)

Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Gerbang Pasukan Khusus (4-habis)

Gubah Baleman kemudian bertanya, ”Apakah kalian dapat menyelamatkan diri dengan jumlah seluruh pasukan khusus?” “Seorang tumenggung yang dikenal dengan nama Gubah Baleman tidak akan gegabah menerjunkan seluruh pasukannya hanya untuk menghalangi perbuatan saya,” jawab Toh Kuning. Seorang perwira melangkah maju dan berdiri di samping Gubah Baleman, kemudian berkata, ”Jumlah kalian jauh lebih sedikit meskipun kalian mempunyai kemampuan di atas kami. Tentu kau masih mengingat dengan baik jika di antara kami masih ada hubungan perguruan. Di antara anggota pasukanmu tentu masih ada yang satu perguruan dengan pasukan yang akan menghalangimu.” Para prajurit dari kedua kubu kemudian membenarkan kata-kata perwira itu dalam hati mereka masing-masing. Meskipun begitu, tidak terlihat rasa cemas sedikit pun yang tergambar di wajah anggota pasukan Toh Kuning. Ki Tumenggung Gubah Baleman kemudian mempunyai dugaan kuat bahwa benturan keras tidak akan dapat dihindari setelah ia memandang satu demi satu pasukan Toh Kuning. Lalu ia berkata, ”Toh Kuning, apa yang menjadi pertimbanganmu selanjutnya? Apakah kau telah berketetapan hati untuk membenturkan kekuatan?” “Ki Tumenggung, ada yang jauh lebih penting dan itu berada dalam jangkauan pasukan khusus. Saya datang tidak untuk membuat kehancuran di antara kita. Namun jika terpaksa, saya tidak akan membiarkan orang-orang saya menjadi penghuni rumah tahanan,” jawaban lantang telah diberikan oleh Toh Kuning. “Tahan senjata kalian!” perintah Gubah Baleman. Ia berbalik menghadap pada pasukan yang berdiri di belakangnya lalu berkata, ”Jika terjadi pertempuran di depan barak, sebenarnya itu bukan pertempuran yang sebenarnya. Aku mempercayai anak ini dengan jiwa ragaku sendiri sebagai jaminan. Aku telah menyerahkan kehidupan anak ini kepada kekuatan yang tidak terjangkau oleh kita semua.” Kemudian ia memutar tubuh lalu melangkah maju menghampiri Toh Kuning. Ki Gubah Baleman berkata dengan suara bergetar, ”Aku menaruh kepercayaan seisi langit dan bumi padamu. Kau dapat mengambil kuda dan keperluan yang mungkin akan kau butuhkan dalam perjalananmu. Aku tidak akan meminta tanggung jawab darimu karena aku tahu kau akan melakukan pekerjaan yang tidak akan pernah dilupakan orang.” Ki Lurah Trowani menggelengkan kepala mendengar keputusan Ki Tumenggung Gubah Baleman. Ia kemudian berkata, ”Hukuman berat menanti Anda dan kita semua, Ki Tumenggung.” “Tidak. Karena Toh Kuning akan menyelamatkan kita semua,” jawab Ki Tumenggung Gubah Baleman. “Aku melarang Toh Kuning dan pasukannya memasuki barak,” seorang perwira berseru lantang. Ia melangkah maju dan sekokoh karang berdiri di sebelah Gubah Baleman, lantas berbisik pelan, ”Akan menjadi contoh buruk jika Ki Tumenggung memberi izin bagi mereka untuk masuk ke dalam barak.” Ki Gubah Baleman mengerti maksud perwira itu. Lalu ia memberi perintah pada beberapa prajurit agar mengambil kuda dan keperluan lainnya yang dibutuhkan pasukan Toh Kuning. Sementara itu kedua pasukan masih bersiaga menunggu perintah menyerang yang mungkin saja akan datang tiba-tiba. Belum ada senjata yang terhunus telanjang namun suasana begitu mencekam. Pasukan Toh Kuning memandang kawan-kawan mereka yang berseberangan dengan sinar mata menyala. Begitu pun prajurit yang berbaris di belakang para perwira dan Ki Gubah Baleman. Dua kubu itu sama-sama kokoh dalam pendirian. Tidak ada seorang pun yang bergerak. Sesungguhnya tidak dapat dibayangkan apabila dua batu karang dibenturkan dengan kekuatan besar. Namun ketegangan itu meleleh sewaktu Toh Kuning beringsut mundur. Setapak demi setapak. Demikianlah kemudian segala keperluan telah mereka sediakan bagi pasukan Toh Kuning. Ki Tumenggung Gubah Baleman kemudian berkata, ”Toh Kuning! Kau harus mempunyai pengamatan dan penilaian yang matang di setiap lembah. Jika kau mendengar berita kegagalan kami, kau harus cepat mengambil tindakan. Sebaliknya, kau juga tidak akan pernah diterima kembali dalam barak Selakurung meskipun kita akan memenangkan peperangan.” “Saya mengerti, Ki Tumenggung,” berkata Toh Kuning. Ia melangkah menghampiri kuda yang telah disiapkan untuknya. Sesaat setelah ia berada di atas punggung kuda, Toh Kuning berkata, ”Kami akan menghilang dan kalian tidak akan dapat mengetahui keberadaan kami. Kalian akan dapat bertemu dengan kami apabila kami menginginkan itu terjadi.” Sejak pasukan Toh Kuning meninggalkan barak pasukan khusus, Ki Tumenggung Gubah Baleman semakin giat meningkatkan persiapan pasukannya. Suasana tegang telah menyebar ke segenap penjuru kerajaan. Kabar-kabar tentang pergerakan pasukan Tumapel yang kian mendekati Kediri pun kerap terdengar. Begitu pula dengan hengkangnya sekelompok pasukan khusus dari Selakurung. Bahkan, kedai-kedai pun tak lepas dari pembicaraan mengenai masalah itu. Hari berlalu berganti pekan. Keadaan di kotaraja menjadi penuh ketegangan. Orang-orang semakin sedikit membicarakan pernyataan perang Sri Baginda yang ditujukan pada Tumapel. Jalanan dan tempat orang-orang berkerumun pun menyusut dan sepi. Antara kebingungan dan cemas benar-benar menghantui banyak orang Kediri. Perpecahan pasukan khusus sungguh menggoyahkan keyakinan Kediri tentang kekuatannya. Perang sepertinya tidak dapat dihindari lagi. Sementara itu pasukan khusus pimpinan Ki Tumenggung Gubah Baleman telah meninggalkan barak. Mereka akan mendatangi tempat prajurit Tumapel berkumpul seperti yang dilaporkan oleh petugas sandi.   Sedangkan di tempat lain, Toh Kuning berkata pada pasukannya, “Kita akan menunggu di celah-celah lembah. Bila Ken Arok datang sendiri dengan sekelompok orang, ada kemungkinan ia tidak akan melintasi jalur yang sulit ditempuh. Ia akan menduga tempat-tempat itu telah berada dalam pengawasan Kediri.” “Lalu di mana kita akan menyambut kedatangan mereka, Ki Lurah?” tanya Pamekas. Toh Kuning lalu memberitahu mereka keadaan perbukitan yang membujur dari Kelud hingga Wilis. Ia berkata kemudian, ”Aku yakin Ken Arok akan membawa mereka dengan membuka jalur baru karena jalur itu akan mereka jadikan jalan untuk berlari apabila menemui kegagalan di kotaraja.” Toh Kuning kemudian membagi pasukannya dalam kelompok kecil lalu mereka menyebar dan terpisah. Mereka akan dihubungkan oleh prajurit yang secara khusus bertugas sebagai penghubung antar kelompok. Toh Kuning juga menempatkan tiga orang sebagai pengamat yang akan mengawasi jalur-jalur yang sulit dilalui orang biasa. Ia mengerti Ken Arok akan membawa orang-orang yang berkemampuan tinggi untuk menyerang kotaraja. (bersambung ke bab selanjutnya)      

Sumber: