Saat Wanita Menikah di Atas Usia 50 Tahun (1)

Saat Wanita Menikah di Atas Usia 50 Tahun (1)

Ditaksir Jago Basket dan Cerdas Cermat

Mila (bukan nama sebenarnya) terlambat nikah. Waktu itu usianya sudah kepala lima. Perkawinan tersebut tidak berjalan lama. Hanya seumur jagung. Sejak duduk di bangku SMP sebenarnya banyak yang naksir. Tapi, kebanyakan hanya berhenti dalam hati. Tidak terucap. Mereka minder dan kedahuluan takut ditolak. Mila sendiri memang tergolong cerewet dan pemilih. Dia selalu menolak setiap ada lelaki yang mendekat. Alasannya, yang kurang inilah, yang kurang itulah. Pokoknya tidak ada yang sempurna di mata Mila. “Pria pertama yang mendekati Mila sahabatku sendiri. Namanya (sebut saja) Hendro. Waktu itu kami duduk di bangku SMA kelas tiga. Mila masih kelas satu,” kata Danang, adik Mila, ketika mengantar si kakak mengurus perceraian di Pengadilan Agama (PA) Surabaya. Waktu itu Hendro menjadi idola banyak cewek. Selain jago basket—seperti peran utama dalam Gita Cinta dari SMA—, Hendro adalah ketua OSIS dan selalu menjadi ketua kelompok cerdas cermat di TVRI. Pokoknya keren. “Nang, aku kurang apa sih kok adikmu tidak mau sama aku? Jangan-jangan kamu yang nglarang ya?” itulah protes yang diucapkan Hendro kepada Danang ketika surat cintanya dirobek-robek Mila di depannya. Danang tidak tahu apa-apa dan memang tidak mau tahu. Itu urusan Hendro dan adiknya. Tapi lantaran protes tersebut, Danang jadi kasihan terhadap Hendro. Dia sendiri juga penasaran mengapa Mila tidak mau ditaksir pemuda sekeren Hendro. Makanya dia iseng-iseng bertanya kepada Mila. “Mil, kamu ditaksir Hendro,” pancing Danang kala itu. “Kakak tahu dari mana?” “Dia cerita kepadaku.” “Sudah kuduga. Aku tidak suka kepada cowok cengeng yang suka mengadu.” “Hanya karena dugaan?” “Ya. Tapi terbukti benar kan? Cowok yang suka mengadu tidak bakal mampu survive dalam kondisi terdesak. Aku tidak suka.” Dalam hati Danang membenarkan alasan Mila. Wanita memang punya insting lebih tajam dibanding lelaki. Pria selanjutnya, entah yang keberapa, juga ditolak. Waktu itu Mila sudah duduk di bangku kuliah dan Danang sudah bekerja di sebuah perusahaan perkebunan. “Pria tersebut sudah bekerja di bank konvensional ternama,” kata Danang. “Kenapa ditolak?” tanya Memorandum. Menurut Danang, Mila tidak mau menikah dengan seseorang yang bekerja di tempat yang menjalankan riba. Hasilnya tidak halal untuk menafkahi keluarga. (jos, bersambung)      

Sumber: