Pemkot Optimis Kasus Baru TB di Surabaya Turun

Pemkot Optimis Kasus Baru TB di Surabaya Turun

Surabaya, memorandum.co.id - Satgas Penanggulangan Tuberkulosis (TBC) atau TB di Kota Surabaya tengah gencar mengeliminir keberadaan penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis ini. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, Surabaya merupakan satu dari empat kabupaten/kota di Indonesia yang telah membentuk Satgas Penanggulangan TB. Pembentukan ini sebagaimana menindaklanjuti Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. "Penanggulangan TB di Surabaya sudah relatif optimal. Kita sudah ada Satgas TB di tingkat kecamatan dan didukung dengan kontribusi dari LSM, akademisi, institusi pemerintah maupun swasta. Kita sudah terbangun itu," ujar dia, Jumat (1/4/2022). Menurut Nanik, saat ini penanggulangan TB lebih terkondisikan dan terfokus pada bidang masing-masing. Karenanya, pihaknya optimistis, Surabaya mampu mencapai target tahunan penanggulangan TB. Paling tidak, di tahun 2022 ini, satgas bisa menemukan kasus sebanyak mungkin dan mengobatinya sampai sembuh. "Kita harus optimis bisa mencapai target tahunan, penurunan incidence rate (kasus baru). Tidak ada kasus TB yang neglected (ditelantarkan) tidak tertangani dan tidak ada kasus TB yang dropout. Mantan pasien TB yang semula sakit dan cuti, bisa bekerja kembali," tutur dia. Nanik menerangkan, Pemkot Surabaya melakukan sejumlah treatment bagi pasien TB di Kota Pahlawan. Di antaranya mendampingi pasien mengakses pengobatan serta mengatasi segala permasalahan sosial yang dihadapi pasien. Termasuk, memberikan intervensi terhadap lingkungan tempat tinggal pasien apabila rumahnya tidak layak huni (Rutilahu). Bahkan, pemkot melalui satgas juga memfasilitasi penjemputan ke rumah pasien apabila tidak memiliki kendaraan. Termasuk di dalamnya melakukan treatment berupa pendampingan secara psikis, emosional, penguatan, hingga pemenuhan kebutuhan pokok dan yang dibutuhkan pasien selama menjalani pengobatan. "Kita juga berikan pemberdayaan apabila mereka kehilangan pekerjaan, sehingga setelah mereka sembuh pun tetap bisa hidup mandiri," ungkap dia. Di samping itu, kadinkes menjelaskan, 63 Puskesmas di Surabaya sudah bisa melakukan skrining TB. Manakala ditemukan ada yang sakit, tenaga kesehatan di puskesmas juga bisa mengobati. "Kita juga sudah kerja sama dengan dokter praktek mandiri, dengan klinik swasta, dan sebagainya. Kalau harus dirujuk ke rumah sakit, kita sudah mempunyai 59 rumah sakit rujukan. Namun sesuai dengan kapasitas rumah sakitnya," jelas Nanik. Meski demikian, Nanik berharap agar masyarakat bisa lebih waspada dan mengetahui gejala-gejala penyakit TB. Dengan begitu, ketika mempunyai gejala-gejala yang menjurus ke TB bisa segera mencari pertolongan. "Jadi masyarakat jangan sampai sembunyi, takut, dan sebagainya. Karena penyakit itu bisa disembuhkan, sudah ada obatnya dan bisa sembuh total," tuntasnya. (bin)

Sumber: