Derita Istri Bersuamikan Penggila Kerja (3-habis)

Derita Istri Bersuamikan Penggila Kerja (3-habis)

Ingin Memberikan Sebelah Mata

Sadar dari pingsannya, Dini melihat Rini terbaring di tempat tidur rumah sakit. Wajahnya tertutup perban. Dini mendekati Rini dan menyentuh tubuh lemah itu. Bersamaan dengan tersebut, seorang perawat muncul. “Adik masih tidur. Barusan,” katanya. Perawat tersebut menjelaskan bahwa Rini sudah berhasil melewati masa krisis pascaoperasi. “Operasi apa, Sus?” tanya Dini yang pikirannya terasa kosong. Dia tampak bingung. “Ibu istirahat dulu. Kita tunggu Adik bangun. Sebenarnya tadi Adik sempat mencari Ibu. Setelah itu dia tertidur,” tambah si perawat sambil pamit mengecek kondisi pasien lain. Dini menenangkan diri. Saat itulah perlahan-lahan ingatannya berangsur mulai pulih. Seluruh kepingan kejadian yang barusan dilewati tertata menjadi satu kesatuan. Termasuk adegan-adegan yang berputar dalam mimpi. Dini menangis sambil membelai Rini. Dia sekarang yakin bahwa operasi yang dimaksud perawat tadi adalah pengangkatan bola mata Rini. Astaghfirullah, Dini tidak bisa menahan air mata yang semakin deras. Dia tidak berani membayangkan Rini bakal tumbuh menjadi gadis dengan hanya satu mata. Bibir Dini tak henti-henti melafalkan istighfar sambil memandangi Rini. Ketika Dini semakin dalam tenggelam dalam istighfar, dokter masuk. Dia sentuh pundak Dini perlahan. “Ibu harus sabar,” kata dokter perempuan paruh baya itu sambil mengusap air mata yang membasahi pipi Dini. Dini menatap mata dokter itu. Sejenak kemudian mereka terlibat pembicaraan mengenai kondisi Rini. “Apakah penglihatan Rini bisa dipulihkan kembali, Dok?” tanya Dini. Dokter tersenyum, lalu mengangguk. Tapi harus ada donor mata baginya. Dini lantas menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu. “Bapak (Heri, red) tadi titip pesan untuk Ibu. Dia terpaksa meninggalkan rumah sakit karena ada rapat penting,” kata dokter. Mendengar itu, di hati Dini langsung muncul sumpah serapah kepada Heri. Betapa pada saat anaknya masih terbaring lemah kesakitan, sementara dirinya pun butuh kekuatan, suaminya yang juga bapak anaknya itu tega pergi untuk urusan lain. “Itulah Bu Wiin, yang mendorong aku harus mengakhiri perkawinan kami. Sudah tidak ada cinta kasih di antara kami,” tulis Dini dalam ­chat-nya. (jos, habis)  

Sumber: