Pejuang Cinta dan Pecinta Keluarga (4-habis)

Pejuang Cinta dan Pecinta Keluarga (4-habis)

Meninggal Terpapar Covid-19

Aisah mengaku sudah biasa menerima penumpang laki-laki. “Kalau ada yang macam-macam ya kuturunkan! Gitu aja kok repot,” kata Aisah. Menurut Aisah, alhamdullah sampai sekarang belum pernah ada pelanggan ojeknya yang nakal. Kebanyakan malah menghormatinya dengan baik. Bahkan kadang kelewat baik. “Seperti Bapak tadi, yang menawarkan diri mengambil alih kemudi,” tambah Aisah, lantas tersenyum. Wajahnya yang cantik tambah tampak cantik. Hem… Diakui Aisah pernah ada calon penumpang yang memesan ojek via aplikasi. Dari eks komplek lokalisasi Dolly. Meski awalnya agak ragu, Aisah akhirnya merespons panggilan tersebut. Sesampai di tempat yang dituju, Aisah terkejut. Calon penumpangnya ternyata lelaki berusia sekitar 45 tahun. Pakaiannya berantakan. Demikian juga wajahnya. Lusuh banget. Ketika didekati, bau minuman keras langsung menyergapnya. Takut mengambil risiko buruk, Aisah memutuskan melepas calon penumpang ini. Dia meninggalkannya begitu saja. Urusan dengan operator bisa diselesaikan nanti. “Takut, Pak. Gelagatnya sangat tidak baik,” kata Aisah sambil bergidik. Hujan mulai reda. Bahkan mendadak terang benderang. Cahaya dari matahari menyibak gugusan awan yang berarak ke arah barat. Kami pun kembali ke motor yang terparkir. Pukul 16.59 kami baru sampai kantor Memorandum di Ketintang. Agak terlambat. Memorandum segera membuka dompet untuk membayar ongkos. Murah. Cuma Rp 15 ribu. Memorandum menyodorkan pecahan Rp 50 ribu. “Sisanya hadiahkan untuk bayi ini,” kata Memorandum sambil mencowel pipi bayi dalam gendongan Aisah. Sebelum memutar setir motornya, Aisah mengeluarkan selembar kertas sobekan kecil dari saku bajunya. “Kalau Bapak butuh ojek lagi, hubungi nomor ini saja. Tidak usah ke operator,” katanya. Namun sampai dua-tiga pekan kemudian Memorandum lupa-pa-pa-pa kepada Aisah. Memorandum memang jarang membutuhkan ojek kalau tidak terpaksa. Baru sekitar sebulanan kemudian Memorandum butuh ojek. Bukan untuk ke kantor, melainkan kontrol pascapembuluh darah mata kiri pecah. Tapi berkali-kali dihubungi, berkali-kali pula gagal tersambung. Memorandum lantas menghubungi aplikasi ojek online. Dua menit kemudian muncul seorang driver ojol. Dalam perjalanan, kami sempat ngobrol. Tentang banyak hal. Ternyata driver bernama asli Udin ini mengenal Aisah dan suaminya, Yanto. “Kasihan. Aisah meninggal seminggu yang lalu. Covid,” kata Udin. (jos, habis)   (Tulisan ini Memorandum dedikasikan untuk almarhumah Mbah Aisah, pejuang cinta dan pecinta keluarga yang sangat gigih)  

Sumber: