Pejuang Cinta dan Pecinta Keluarga (2)

Pejuang Cinta dan Pecinta Keluarga (2)

Curi Uang di Toko Ayah-Bunda

Sejak anak Aisah vs Yanto lahir, kebutuhan makin besar. Terutama untuk beli susu bagi sang bayi. “Soalnya ASI-ku tidak selalu bisa keluar,” kata Aisah. Kebutuhan si bayi terpaksa harus dipenuhi dengan susu formula. Terpaksa Aisah harus ngriwuki orang tua. Celakanya, orang tuanya tidak mau tahu. Mereka tidak sudi membantu sedikit pun. Yang disesalkan Aisah, orang tua sebenarnya berkecukupan. Tapi, mengapa mereka tutup mata terhadap kondisi ekonomi anaknya? Karena jengkel, Aisah menempuh jalan pintas: mencuri uang di laci kasir toko makanan burung dan unggas milik orang tua. Entah tahu atau tidak kalau uangnya dicuri, kedua orang tua Aisah tidak pernah mengeluh kehilangan. Fakta ini menjadikan Aisah ketagihan. Setiap butuh uang, dia selalu mengambil dari laci kasir toko yang memang tidak pernah dikunci. Hal itu terjadi berulang-ulang. Setelah hampir enam bulan, orang tuanya, terutama ayah, baru menyadari. Dia bertanya kepada Aisah yang memang masih tinggal serumah, apakah tahu uang yang disimpan bapak dan ibunya hilang? “Nggak tahu Pak,” jawab Aisah dengan gugup. Ketika menirukan kalimat itu di depan Memorandum, sisa-sia kegugupan tersebut masih melekat. Ayahnya terdiam. Aisah memandangi wajah lelaki paruh baya tersebut. Dia ingin memastikan ayahnya tak menaruh kecurigaan terhadapnya. Namun, Aisah tak bisa menyimpulkan makna kerut dahi sang ayah. Seminggu dua minggu, Aisah bisa menahan diri untuk tidak membuka laci kasir toko orang tua, seberat apa pun kebutuhan ekonomi mengimpit. Aisah lebih memilih menekan Yanto agar lebih ngoyo mencari duit. Aisah juga lebih merasa aman berutang ke toko pracangan milik tetangga. Namun setelah utang ke toko tetangga semakin menumpuk dan Yanto mengaku sudah notok berusaha Aisah mulai kehillangan akal sehatnya. Dia tidak lagi bisa berpikir jernih. Keinginan menjarah laci kasir toko orang tua tiba-tiba kembali muncul. Bedanya kini, Aisah harus jauh lebih waspada dalam beraksi. Jangan sampai tepergok, terutama oleh ayahnya. Bila itu terjadi, Aisah khawatir akan diusir dari rumah. Kehidupannya bakal lebih ruwet lagi. Aksi pun dijalankan. Dia menunggu ibunya istirahat siang dan ayahnya pergi ke masjid untuk salat Duhur berjemaah. Biasanya pada jam-jam menjelang dan bakda Duhur toko memang ditutup sementara. Tapi saat membuka laci, Aisah kecewa. Sangat kecewa. Kosong. Melompong. Tidak ada selembar atau sekeping uang pun di laci tersebut. Aisah kembali ke kamarnya dengan kecewa. Kegagalan tadi tidak menyurutkan semangat Aisah untuk mengulangi keesokan harinya. Tapi, Aisah harus kembali menelan kekecewaan. Tidak ada perubahan. Laci tetap kosong. (jos, bersambung)    

Sumber: