Petualangan Lelaki Pemuja Seks (4)

Petualangan Lelaki Pemuja Seks (4)

Berkat Penhaligion’s

Permainan vs Tatik yang panas bagai pertarungan singa padang pasir menjadi pintu pembuka petualangan Danang dengan sederet wanita-wanita lain. “Sejak itu aku penasaran ingin menjajal sensasi surga dunia perempuan-perempuan lain,” aku Danang. Kalimat ini diucapkan Danang pada kesempatan lain di warung kopi dekat markas baru Memorandum. Petualangan Danang berlanjut. Dia menembak sales promotion girl (SPG) parfum yang kebetulan dia jumpai di sebuah plasa. Waktu itu dia sedang berjalan-jalan sendirian sepulang kantor. Iseng saja, sambil menunggu lalu lintas yang padat pada jam-jam bubaran kantor. Danang menghabiskan waktu dengan sekadar ngopi di sebuah kafe plasa. Tak jauh, hanya melangkahkan kaki sekitar lima menit dari tempat kerjanya. Saat berlenggak-lenggok setelah melewati pintu masuk, dia dicegat seorang gadis sambil menyemprotkan parfum di punggung tangannya. “Promo, Om. Diskon 25 persen,” kata gadis itu sambil berjalan mengiringi langkah Danang. Spontan Danang membaui punggung tangannya. Semerbak black pepper menyergap hidungnya. Bau maskulin yang disukai kaum hawa. Dia teringat masih menyimpan parfum merek tersebut di meja kantor. Penhaligion’s Blenheim Bouquet. Danang menghentikan langkahnya. “Penhaligion’s ya?” tanyanya kepada si SPG. Gadis tersebut tersenyum manis, seperti tidak menyangka lelaki di hadapannya bisa menebak merek parfum yang disemprotkanya. “Untuk Om, diskonnya 30 persen deh,” kata SPG ber-rok mini di atas lutut tersebut. Tanpa disadari pandangan Danang tertuju ke sana. Cukup lama, sampai-sampai SPG tadi salah tingkah. Sebentar-sebentar menarik ujung roknya turun. Tapi bukannya tertutup, kemulusan kaki gadis belia ini makin terekspos. “Besok datang ke kantor aja,” kata Danang sambil memberikan kartu nama kepada gadis tadi, sebut saja Harlin. Di dalam mobil menuju rumah, Danang terbayang-bayangi kaki Harlin yang mulus bagai pualam dan jenjang bagai jerapah. Seksi abis di mata lelaki yang hidungnya mulai belang-belang ini. Keesokan harinya Harlin benar-benar datang ke kantornya. Tidak seperti sehari sebelumnya, kali ini dia muncul dengan pakaian yang jauh lebih sopan. Blouse batik dipadu celana panjang katun warna gelap. Tampak cantik dan elegan. Seperti penampilan sosialita. Danang terpana. Jakunnya naik turun tidak terkontrol. Dia bahkan tampak gelagapan ketika memersilakan Harlin duduk di kursi depan mejanya. Tak hanya pakaian, cara duduknya Harlin amat elegan. Sopan dan lembut. Sapuan make up tipis menjadikan gadis ini tampak semakin berkelas. “Mas jadi tertarik membeli parfum?” tanya Hida to the point setelah adab basa-basi perkenalan dilewati. Harlin telah mengganti sapaan om menjadi mas untuk lebih mengakrabkan diri. Ini disadari benar oleh Danang. (jos, bersambung)    

Sumber: