Petualangan Lelaki Pemuja Seks (2)

Petualangan Lelaki Pemuja Seks (2)

Ingin Maksimal Menikmati Hidup

Prinsip Danang, ia hanya ingin menikmati sate tanpa harus menyembelih kambing. Karena itulah dia hobi selingkuh, emoh memelihara wanita selain satu istri. “Aku hanya ingin menikmati hidup secara maksimal. Itu saja,” kata Danang tanpa merasa bersalah. Memorandum yang mendengar prinsip itu hanya bisa geleng-geleng dan menyumpah dalam hati. Danang masih ingat perselingkuhan pertama yang dijalaninya dulu, awal-awal dia diangkat menjadi pemimpin perusahaan di tempatnya bekerja. Sebagai perayaan atas karunia tadi, Danang mengajak seorang teman—yang dulu pernah sama-sama menjabat manajer, sebut saja Brewok—dugem. Mereka berniat bakal menghabiskan malam di tempat hiburan kawasan Tunjungan. Ada kelab berkelas di sana, walau lokasinya tersembunyi di antara lahan-lahan parkir. Namun sebelum menuju titik tersebut, keduanya makan malam di sentra kuliner kawasan Urip Sumoharjo. Tidak disangka, mereka bertemu seorang perempuan cantik, sebut saja Tatik. Tak hanya cantik, Tatik memiliki fresh body yang wow. Ini terlihat dari lekukan-lekukan tubuhnya yang dibalut baju warna kuning menyala. Ketat, padat, dan memikat. Caranya duduk dan mengambil minuman sangat elegan. Seperti putri-putri raja di Inggris atau selebriti papan atas Hollywood. Jauh dari gaya pejabat negeri kita yang norak atau selebriti Bollywood yang sangat kampungan. Njelehi. “Ternyata dia kenal teman saya, Brewok. Dialah yang memerkenalkan kami,” kata Danang. Sambil makan, mereka terlibat pembicaraan dan senda gurau. Saat itulah Tatik menawari Danang menjadi nasabah asuransi di tempat dia bekerja. Danang menanggapi dengan ogah-ogahan. Dia berdalih lebih menguntungkan menabung di bank ketimbang ikut asuransi. “Intinya, malam itu aku bisa lepas dari teror ajakan untuk jadi nasabah asuransi,” kata Danang, lantas tersenyum. Dia menganggap ajakan itu sebagai teror, karena Tatik mendesaknya tanpa kenal lelah, seperti Tyson menghajar lawannya di sudut ring. Setelah itu, Tatik terus mengejarnya melalui telepon. Tiada hari berlalu tanpa gangguan telepon darinya. Saking intensnya usaha Tatik, Danang pun menyerah. Hubungan mereka bahkan berbalik menjadi pertemanan. Percakapan pun mulai membelok ke kanan dan ke kiri. Mulai menyerempet tebing-tebing terjal dan menyisir pinggiran jurang yang curam. Berbahaya. Badai di depan mata menjelma seperti gerimis di tengah sahara. Api yang membakar terasa bak embusan udara pegunungan. Pria bertubuh tinggi-besar ini bahkan mulai berani menggoda Tatik. “Aku bertanya kepadanya, ‘Dikasih bonus apa sih kalau aku ikut asuransi?’ Mau tahu jawaban dia?” cerita Danang. (jos, bersambung)  

Sumber: