Kisah Kasih Duren Sawit (1)

Kisah Kasih Duren Sawit (1)

Lembut Mirip Sandra Dewi

Wahab (samaran) tidak menyangka istrinya, sebut saja Lusia, dipanggil Yang Mahakuasa pada usia yang masih sangat muda. Waktu itu, dua tahun lalu, usia Lusia belum genap 36 tahun. Dia meninggalkan dua putri cantik. “Lusia dipanggil setelah setahun menderita kanker payudara,” kata Wahab di tempat kerja pengacara yang biasa berpraktik di Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, sebut saja Ikin, beberapa waktu lalu. Tidak lama setelah kematian Lusia, anak-anak mulai menanyakan pengganti ibundanya. Mereka seolah mendesak agar ayahnya segera mencari pendamping baru. Seolah-olah. Masalahnya, Wahab bingung atas permintaan kedua anaknya yang berbeda. Anak pertama, sebut saja Endah, menyarankan Wahab menikahi tantenya yang juga adik bungsu Lusia, sebut saja Endang. Endang baru menyelesaikan studi S2-nya dan belum menikah. Dia sudah bekerja di perusahaan jaringan telekomunikasi papan atas. Tapi, Wahab meyakini itu bukan murni pemikiran Endah. Ada pihak-pihak tertentu yang diduga ngomporin Endah. “Salah satunya ibu mertua sendiri. Beliau memang sering menyarankan saya turun ranjang ke Endang,” kata Wahab. Alasan ibu mertuanya sederhana: agar anak-anak Wahab vs Lusia tidak diasuh orang yang mungkin saja salah. Di sisi lain, anak-anak memang sudah akrab dengan Endang karena perempuan tersebut sejak remaja sudah tinggal bersama Wahab dan Lusia. Sejak bersekolah di bangku SMA-nya di Surabaya. Sedangkan anak keduanya, sebut saja Melodi, mendorong Wahab menjadikan Tante Nurul sebagai pengganti ibundanya. Nurul adalah tetangga depan rumah di kompleks perumahan tempat mereka, kawasan Surabaya Barat. Melodi pun diyakini ada yang memengaruhi. Yaitu ibunda Nurul, wanita karier yang mengabdikan dirinya di lembaga pemerintahan. “Keluarga Nurul memang amat baik kepada kami. Mereka selalu peduli setiap kami menghadapi masalah. Bahasa Jawanya: enthengan.” Nurul juga masih gadis. Usianya masih amat muda. Ia baru lulus S1 dari perguruan tinggi negeri ternama di Kota Pahlawan. “Dua-duanya baik. Dilihat dari segi fisik maupun dari segi perilaku, tidak ada yang tercela,” tegas Wahab. Secara fisik Endang mirip almarhumah Lusia. Wajahnya lembut seperti Sandra Dewi. Tindak tanduknya halus dan sopan. Sabar dan pandai mengalah. Hobinya menyenangkan orang lain. Sedangkan Nurul, lebih mirip Citra Kirana. Gaya hidupnya ­hlap-hlap-hlap. Loncat sana-loncat sini. Terbang sana-terbang sini. Dia selalu menginginkan hal-hal baru dalam hidupnya. Tidak suka yang statis. “Dia pecinta alam. Hampir tiap liburan, Nurul mengisi waktu dengan berpetualang. Foto-fotonya selalu berlatar belakang gunung, laut, dan destinasi-destinasi wisata lain. Sepulang mbolang, istilah Nurul, dia sering pamer foto-foto dan oleh-oleh kepada almarhum (Lusia, red) semasa hidup. Tentu juga kepada Melodi,” kata Wahab. (jos, bersambung)    

Sumber: