Ditinggal Suami Entah ke Mana? (3)

Ditinggal Suami Entah ke Mana? (3)

Tamu Sukses, Diberi Mobil

Solekan tidak menanggapi pertanyaan sang istri dengan serius. Dia berkata yang penting pasiennya puas. Nyatanya jumlah mereka makin banyak. Ulfa lantas bercerita bahwa suatu saat pernah ada seorang pria muda yang mengaku bekerja di pabrik mebel ingin jadi anggota dewan. Solekan dijanjikan mobil baru bila pria tersebut sudah berkantor di gedung dewan. Pria tadi diberi minyak wangi sisa yang dibeli Solekan di toko keperluan umrah dan haji di Jalan KH Mas Mansur. Minyak wangi tersebut harus dioleskan ke jidat setiap kampanye dan pada hari H pungutan suara. Syarat asal-asalan dan ritual tanpa dasar itu, entah kebetulan atau bagaimana, ternyata manjur. Pasien tersebut akhirnya benar-benar menjadi anggota dewan. Pasien lain yang paling Ulfa ingat adalah gadis asal Kediri yang kos di sekitar Banyuurip. Dia, sebut saja Melati, adalah pemandu lagu di sebuah rumah karaoke kawasan Mayjen Sungkono. Melati mengaku kepada Ulfa bahwa sejak rutin me-rapal-kan aji-aji yang diberi Solekan, tamu yang ingin ditemani berkaraoke seperti mengantre. Bukan itu saja, hampir semua tamu tadi minta dilayani plus-plus sepulang dari karaoke. Pengakuan Melati, per hari rata-rata dia bisa mengantongi Rp 1-2 juta. Mendengar fakta ini, Ulfa semakin gencar mengingatkan suami agar segera berhenti melayani permintaan pasien yang aneh-aneh. “Dengan membantu Melati, itu sama saja dengan Abah melancarkan proses perempuan itu berzina. Ini melanggar petuah Nenek agar Abah tidak melanggar syariat agama,” kata Ulfa mengulang peringatannya kepada Solekan. Ternyata peringatan Ulfa diabaikan Solekan. Sampai suatu saat lelaki yang jarang sakit ini mengeluh kepalanya berkunang-kunang dan badannya meriang. Ulfa berniat membawanya ke dokter, tapi ditolak. Malam hari, kondisi Solekan semakin parah. Kepalanya terasa seperti diputar-putar dan badannya panas. Walau begitu, dia menolak dibawa ke rumah sakit. Solekan hanya minta keningnya dikompres dan badannya diselimuti. “Abah tidak bisa tidur. Badannya jempalikan. Saya mencoba mengajak bicara, tapi Abah mengisyaratkan agar saya menjauh. Akhirnya saya duduk di kursi agak jauh dari dia.” Melewati tengah malam sekitar pukul 00.05, Ulfa baru terlihat Solekan lelap. Badannya terbujur santai, napasnya terdengar teratur, dan keringat yang sempat membasahkuyubi tubuh mengering. Tanpa terasa, lambat laun Ulfa pun menyusul terlelap. Di kursi. Ulfa merasakan tubuhnya hangat. Ternyata matahari sudah tinggi dan sinarnya masuk melalui jendela yang tadi malam sengaja dibuka sebagian. Ulfa melihat Solekan masih di atas ranjang. Tampaknya sudah bangun, namun belum beranjak dari peraduan. Ini terlihat dari matanya yang sudah terbuka dan napasnya yang tersengal. Tidak seperti biasa. Hampir setiap dua-tiga menit sekali Solekan menarik napas panjang dan menghempaskannya dengan desahan keras. Sangat keras sehingga terasa berat. “Ada apa Mas?” tanya Ulfa. (jos, bersambung)  

Sumber: