Balada Pengemis Buntung (1)

Balada Pengemis Buntung (1)

Melamar, Harus Penuhi SKB

“Kami sudah tiga tahun menikah, tapi baru belakangan ini sadar ternyata selama ini dibohongi,” kata seorang perempuan, sebut saja Lina. Pernyataan tadi disampaikan Lina kepada seorang pengacara yang biasa berpraktik di Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa hari lalu. Namanya sebut saja Ikin. Menurut Lina, dia dan Untung teman sekolah semasa SD. Namun, sejak lulus sekolah dasar tersebut mereka tidak lagi bertemu dalam kurun yang amat lama. Kedua hamba Allah ini bertemu kembali ketika Lina berkuliah di Surabaya. “Dulu aku kos di kawasan Lidah, Om,” tutur Lina sambil melirik Memorandum di samping Ikin. Waktu itu Untung mengaku sudah bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Lina kagum, karena sosok yang dulu dikenal pendiam dan introvert situ sudah berhasil menjadi “orang”. Kekaguman Lina bertambah setelah tahu Untung datang mengendarai mobil yang diakui sebagai hasil keringat sendiri. Meski tidak baru, mobil itu menjadi pertanda bahwa Untung adalah sosok yang berhasil di usia muda. Lina turut bangga! “Tapi sama seperti dulu, dia masih pendiam. Tidak bicara kalau tidak ditanya,” tutur Lina. Sepulang Untung, Lina di­-bully teman-teman kos. Mereka menuding Lina diam-diam menyimpan pacar yang keren bingit. Mirip atlet pencak silat Iqbal Cheandra Pratama. Lina diam saja. Tapi, diam-diam pula dia menyimpan harapan agar Untung benar-benar jadi kekasihnya. Sejak itu hubungan Lina dan Untung memang semakin dekat, bahkan akhirnya menjadi sepasang kekasih. Lina yang pulang ke Mojokerto seminggu sekali kini memiliki barengan. Kedekatan mereka tidak berhenti di situ saja. Setengah tahun kemudian Untung menemui orang tua Lina dan meminang gadis itu. Dia mengaku belum mengajak orang tua sebelum memastikan bahwa pinangan dia diterima. Ternyata jawaban orang tua Lina cukup melegakan walau disertai syarat dan ketentuan berlaku (SKB). Untung diminta bersabar hingga Lina lulus kuliah. Nanti setelah Lina diwisuda, orang tua Untung dipersilakan datang melamar secara resmi. Syarat lain: Untung dilarang keras memperlakukan Lina bak suami-istri sebelum ijab kabul. Usaha-usaha ke arah pelanggaran SKB ini, tegas orang tua Lina, dapat menggugurkan kesepakatan. Orang tua Lina menjaga betul kesucian anaknya hingga hari H pernikahan. “Bapak orangnya memang keras, Om,” kata Lina. Faktanya tidak mudah bagi Untung untuk melewati masa-masa SKB dengan mulus. Walau Lina mengaku sebenarnya sudah jatuh cinta kepada Untung sejak SD, begitu pula sebaliknya, ternyata gadis itu selalu menolak ketika diajak melanggar SKB tadi. (jos, bersambung)  

Sumber: