Jelang Nataru, MUI Jatim: Beragama Kartu Identitas Umat Bukan untuk Diadu Domba
Surabaya, memorandum.co.id - Jelang perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim mengimbau agar masyarakat menciptakan suasana yang harmonis dan sejuk. MUI Jatim sangat menentang keberadaan kelompok-kelompok radikal, intoleran, dan ekstremis. "Perbedaan dalam beragama (keyakinan) bagi umat manusia yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hanya merupakan kartu identitas umat beragama semata, bukan untuk diadu domba, karena tidak ada satu agama pun di dunia ini yang mengajarkan penganutnya untuk melakukan gerakan ekstremisme dan terorisme," kata Ernes Tegolelono, pengurus MUI Jatim bidang Ekstremisme, Rabu (22/12/2021). Terlebih lanjut Ernes, berpaku pada sejarah kemerdekaan NKRI, dulu saat menghadapi para penjajah tak hanya umat Islam yang berjuang, melainkan seluruh umat manusia dari beragam agama. Sehingga dia berharap, gerakan ekstremisme dan terorisme dijauhi. Indonesia merupakan negara yang memegang prinsip cinta damai. "Dalam pandangan Islam, gerakan ekstremisme dan terorisme atas nama agama merupakan perbuatan yang berlebihan dalam beragama. Oleh sebab itu, hendaknya umat Islam tidak melampaui batas dalam beragama, yang wajib tetap dianggap perbuatan yang wajib, dan yang sunnah dianggap sunnah, semua itu sesuai dengan koridor hukum (fiqih)," terang Ernes, yang juga eks ketua Sakkorwil Banser Jatim ini. Lebih jauh, Ernes meminta masyarakat tak sampai beranggapan hal-hal yang bersifat sunah, bahkan mubah, dijadikan sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan atau diterapkan. "Seperti contohnya mendirikan negara Islam. Hal ini jangan dianggap sebagai kewajiban yang harus diterapkan di Indonesia, sehingga beranggapan ideologi Pancasila dan UUD diklaim sebagai hukum taghut, hanya karena tidak ada di dalam Alquran," tuntasnya. (mg3)
Sumber: