Liku-Liku Korban Laki-Laki (1)

Liku-Liku Korban Laki-Laki (1)

Kabur Bawa Ayla

Sudah hampir setahun ini seorang perempuan cantik warga Benowo, Endah (bukan nama sebenarya) ditinggal kabur suaminya, sebut saja Hardi. Sebuah mobil, Ayla, dibawa serta. “Sejak itu Hardi tidak pernah muncul. Hilang plas seperti gondoruwo mengasap terkena sinar matahari,” kata kakak Endah, sapa saja Bagong, di area parkir Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Kata Bagong, adiknya berkenalan vs Hardi sekitar tiga tahun lalu. Diperkenalkan teman. Orangnya kalem, sopan, dan agamis. Baju takwa dan peci putih menjadi pakaian sehari-hari. Pembicaraannya selalu seputar agama. “Sebelum nikah, Endah dan Hardi pernah ke rumah. Kenalan. Waktu itu terdengar alunan azan Ashar. Hardi buru-buru izin ke masjid,” kata Bagong, yang lantas menambahkan bahwa sayangnya dia tak bisa menemui Hardi. Dia sedang dirawat di rumah sakit karena kecelakaan. Hardi ditemui istri Bagong, sebut saja Kunti. Ketika ditanya tentang pekerjaan, Hardi mengaku memiliki saham dalam bisnis batubara di Kalimantan. Karena itu dia bisa santai lantaran tidak harus turun langsung ke lapangan. “Gaya bicaranya meyakinkan. Terus terang, saya sampai larut dalam pembicaraan tersebut. Terpukau,” sela Kunti, yang waktu itu menemani suaminya dan Endah mengikuti sidang gugatan cerai Endah. Kesan pertama Kunti itulah yang menyebabkan Bagong mengizinkan adiknya menikah vs Hardi. Bagong sebagai kakak lelaki tertua menjadi wali nikah, karena ayah Endah sudah meninggal. Endah tidak memilili paman. Rumah tangga keduanya berjalan ayem tentrem. Seiring berjalannya waktu, Endah yang sejak kecil dididik ketat soal agama oleh almarhum ayahnya ingin lebih fokus mengurusi suami dan bakal anak-anaknya kelak. Untuk itu, Endah minta izin suaminya mundur dari pekerjaan sebagai kepala bagian keuangan di sebuah perusahaan swasta. Tidak dinyana, ternyata Hardi tidak mengizinkan. Alasannya, dia tidak butuh perhatian lebih dari istri. Nanti saja, kalau sudah benar-benar positif hamil, Endah baru boleh mundur. Biarlah sekarang kumpul-umpul dulu untuk melatih setelah mereka memiliki momongan. “Endah menuruti saja pendapat suami,” kata Bagong. Menginjak enam bulau usia perkawinan, belum tampak ada tanda-tanda kehamilan. Endah gelisah. Dia mulai berusaha mencari informasi tentang ini. Ke dokter, ke ahli pengobatan herbal, juga ke beberapa kiai dan ustaz. Semua menemui jalan buntu. Para kiai dan ustaz hanya meminta Endah bersabar dan berdoa. “Endah gelisah karena rata-rata saudara kami sudah dikarunai anak pada tahun pertama perkawinan. Semua. Saya sendiri sudah dikarunai empat anak setelah 12 tahun menikah,” kata Bagong. Suatu saat berita buruk soal Hardi masuk ke telinga Bagong. Seorang kerabat yang mengaku pernah bekerja sama dengan Hardi menyebutkan bahwa lelaki tersebut bukanlah pengusaha. Hardi disebut sebagai pengangguran yang menempel sebagai benalu pada wanita-wanita kaya. (jos, bersambung)

Sumber: