Oyik Oh Oyik… Nasibmu (2)

Oyik Oh Oyik… Nasibmu (2)

Berangan-angan Jadi TKW

Suatu saat juragan Siti menderita sakit keras. Tidak jelas apa, yang pasti dokter meyakini usia perempuan ini tidak akan lama. Pada saat kritis, semua penghuni rumah dikumpulkan. Para pembantu dan sopir, lengkap. Rahmi sempat bertanya-tanya dalam hati: kok tidak ada seorang pun wakil dari keluarga juragan Oyik maupun keluarga juragan Siti? Namun tak lama kemudian tanda tanya itu terjawab. Ternyata Oyik maupun Siti sudah tidak lagi punya keluarga. Baik saudara kandung, sepupu, maupun sekadar kerabat. Menurut Rahmi, saat itu usia juragan Oyik sekitar 68 tahun, sedangkan juragan Siti satu-dua tahun di bawahnya. Di antara pesan-pesan yang disampaikan juragan Siti, yang juga meyakini usianya tidak bakal lama lagi, adalah pesan khusus kepada Rahmi. “Kami sudah berembuk. Kalau nanti di antara kami ada yang meninggal duluan, maka ada beberapa hal yang harus kalian lakukan,” itulah awal pesannya seperti ditirukan Rahmi. Mendengar itu, Rahmi jadi males mendengarkan. Dia memperkirakan yang akan disampaikan juragan Siti adalah pesan-pesan sedih, dan dia tidak suka mendengar itu. Rahmi lantas jadi lebih asyik berangan-angan sendiri. Di antara angannya adalah, kalau suatu saat toko kain/pakaian juragan Oyik dan juragan Siti tutup, dia akan mengikuti temannya yang bekerja sebagai tenaga kerja migran atau tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri. Rahmi pernah mendengar temannya yang bekerja sebagai penyiram dan perawat bunga di Selandia Baru itu kerjanya ringan namun bayarannya sangat tinggi. “Rahmi mau?” tanya juragan Siti tiba-tiba. Angannya buyar. Tentu saja perempuan yang saat itu masih gadis tersebut kelabakan. Karena itu dia balik bertanya, “Mau apa Juragan?” Dengan sabar Siti kembali menjelaskan: kalau nanti dirinya yang dipanggil lebih dulu oleh Yang Mahakuasa, bersediakah Rahmi menggantikan kedudukannya merawat juragan Oyik? “Maksudku, kamu menggantikan posisiku sebagai istri beliau,” kata Siti. Rahmi yang waktu itu tidak menyangka bakal mendapat tawaran semacam itu tentu saja kaget. Dia bahkan spontan menyatakan penolakannya. “Jujur aku takut membayangkan melayani lelaki tua,” bisik Rahmi di dekat telinga Ajeng. Bisikan yang lumayan keras sampai Memorandum yang duduk dua celah kursi di belakang mereka bisa mendengar. Siti terus mendesak Rahmi. Sementara itu, Rahmi yang takut sempat melirik juragan Oyik melihat lelaki tersebut menahan senyum. Rahmi semakin takut. “Baiklah kalau kamu tidak siap menjawab sekarang, besok malam kamu sudah menjawab,” kata juragan Siti sambil menatap tajam mata Rahmi. Yang dipandang salah tingkah. Giliran dia pandangi satu per satu teman kerjanya: Toni sopir pribadi keluarga, Koko tukang kebun, Ani tukang masak, dan Maya tukang bersih-bersih. Rahmi yang selama ini ditunjuk sebagai kepala rumah plus kepala penjaga toko merasa nyut-nyut, pening. (jos, bersambung)  

Sumber: