Unusa Hadiri Seminar Nasional Pengmas 2021, Fokus Wujudkan Desa Mandiri
Surabaya, memorandum.co.id - Kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) merupakan wujud menjalankan Tri Dharma. Hal itu juga turut dilaksanakan oleh kampus Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Dalam kesempatan seminar nasional pengabdian masyarakat yang bertajuk Perguruan Tinggi Mengabdi Menuju Desa Mandiri, Rektor Unusa Prof Achmad Jazidie nampak turut hadir secara virtual. Seminar yang dikemas secara hybrid ini menghadirkan dua narasumber, di antaranya Plt Dirjen Dikti Kemendikbudristek Prof Nizam dan Kepala BPSDM Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Prof Luthfiyah Nurlaela. Ada sebanyak 217 makalah yang dipresentasikan. Jumlah itu berasal dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Plt Dirjen Dikti Kemendikbudristek Prof Nizam dalam pengantarnya mengatakan, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah salah satu kegiatan yang menjadikan ruang belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang kelas, laboratorium, dan perpusatakaan, tetapi semesta atau samudera kehidupan sebagai tempat menimba ilmu, mengasah diri, dan mengembangkan kompetensi. “Selama ini kita berpendapat bahwa kompetensi itu hanya bisa diperoleh di ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium, Padahal sumber ilmu ada di mana-mana, maka melalui MBKM filosofi dasar pendidikan kita kembalikan kepada khitahnya, menimba ilmu dari mana pun dan mengamalkan ilmu di mana pun,” ungkap dia, Selasa (16/11/2021). Prof Nizam juga mengajak kampus untuk terus meningkatkan pengabdiannya ke desa. Sebab dari 80 ribuan desa, saat ini masih ada sekitar 27 ribuan desa dengan status tertinggal. "Kalau desa tertinggal itu ada kantong-kantong kemiskinan, kantong-kantong masalah kesehatan, pendidikan dan masalah ekonomi, bisa dikeroyok dan diselesaikan secara bersama-sama, maka desa kita akan lebih cepat maju dan sejahtera," tegasnya. Sedangkan Kepala BPSDM Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Prof Luthfiyah Nurlaela mengatakan, desa mandiri adalah desa yang mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar yang mencukupi, infrastruktur yang memadai, aksesibilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan umum yang bagus, serta penyelenggaraan pemerintahan yang sudah sangat baik. “Melalui dana desa diharapkan akan tercipta desa mandiri. Karena itu penggunaan dana desa diarahkan untuk pemulihan ekonomi nasional sesuai kewenangan desa, program prioritas nasional sesuai kewenangan desa, dan mitigasi bencana alam dan non-alam sesuai kewenangan desa,” paparnya. Pada bagian lain makalahnya, Guru Besar Universitas Negeri Surabaya ini mengatakan, dalam hal program MBKM terkait dengan desa, pendekatan program yang diambil sebaiknya dilaksanakan secara holsitik. “Mengirim mahasiswa adalah salah satu contoh program. Mahasiswa bertugas mengajar, berkolaborasi terkait isu-isu di desa dan tinggal bersama masyarakat di desa selama satu tahun (2 semester), sekaligus menjadi inspirasi dan motivasi untuk pemuda desa serta motor perubahan bagi pemangku kepentingan lain,” katanya. Hal lainnya, kata Luthfiyah menambahkan, yang bisa dilakukan adalah bekerja intensif dan jangka panjang. Yakni dengan menempatkan mahasiswa secara bergantian dan kontinu 3-5 tahun di sebuah desa binaan. Hal ini untuk memastikan perubahan yang berkelanjutan tanpa menciptakan ketergantungan kepada sebuah sosok atau program. Menurutnya, ada tiga tahapan yang harus dilalui untuk membangun desa secara berkelanjutan dan menjadi desa mandiri. Tahap pertama, dalam hal pelibatan yakni, mahasiswa fokus menemukan aktor lokal dan melibatkannya dalam inisiatif tingkat desa hingga kabupaten yang berpotensi menggerakkan masyarakat di daerahnya. Tahap Kedua, pengembangan. Mahasiswa fokus mengembangkan kapasitas para aktor lokal dengan menjejaringkan mereka dan membuka interaksi dengan entitas di luar kabupatennya. "Dan tahap ketiga, kolaborasi. Di mana mahasiswa fokus mendorong terjadinya kolaborasi aktor lokal baik di daerahnya maupun dengan entitas lain di luar daerahnya," tuntas Luthfiyah. Sementara itu, Rektor Unusa Prof Achmad Jazidie dalam sambutanya mengatakan, kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan perguruan tinggi kini tidak hanya berhenti pada laporan, tetapi dapat ditulis pada jurnal dan diseminarkan seperti saat ini. “Melalui seminar seperti inilah pengalaman terjun ke masyarakat dalam bentuk pengabdian pada masyarakat bisa dipertanggungjawabkan dan didesiminasikan lebih luas lagi. Ini adalah bagian dari tanggungjawab keilmuan,” pungkasnya. (mg3)
Sumber: