Berburu Istri di PA (3-habis)
Bertemu Janda Pejabat
Hendro sadar menyembunyikan kebenaran bukanlah perbuatan mendidik. Namun, mana mungkin ia menjelaskan bahwa ibunya sedang berselingkuh? Hendro hanya berharap semoga anak-anaknya mampu bersabar serta kelak tahu dan menyadari perbuatan mamanya adalah suatu kesalahan. Perbuatan yang tidak bisa diteladani. Sayang, harapan Hendro rasanya mungkin tidak akan tercapai. Pemandangan tadi tampaknya membekas begitu mendalam di dada si bungsu. Buktinya, ketika ayah dan ibu Hendro nyambangi cucu-cucu mereka, si bungsu sempat bercerita kepada mereka. Si bungsu berkata ke kakek, “Papa sudah tidak mengenali Mama. Kami ketemu di jalan tapi Papa nggak mau memanggil Mama. Kata Papa, mereka hanya mirip. Aku yakin itu Mama.” Lelaki sepuh itu lantas mengonfirmaskan cerita tadi kepada anaknya. Hendro tidak segera menjawab. Air matanya menetes, tapi terburu dia usap. Walau begitu sang ayah sempat melihat. Meskipun sudah lama pisah, hubungan Hendro vs Winta masih sambung. Hanya, mengambang. Mereka belum cerai secara resmi. Hanya pisah tempat tinggal. Masing-masing menempati rumah kos. Sebenarnya orang tua Winta maupun orang tua Hendro menawarkan mengasuh anak-anak. Agar mereka lebih teperhatikan. Lebih tercurahi kasih sayang. Tapi, Hendro menolak. Dia hanya menitipkan anak-anak itu kala dirinya bekerja. Selebihnya tetap diasuh sendiri. “Memang melelahkan. Tapi, rasa lelah itu hilang ketika kami kumpul bersama,” kata Hendro. Dia akui, status perkawinannya memang masih mengambang. Dikatakan cerai, dia masih terikat perkawinan sah; dikatakan sudah pisah, tapi dia dan istrinya sudah lama pisah tempat tinggal. Bukan sekadar pisah ranjang. “Jujur saja aku berburu istri di PA dengan harapan mendapatkan calon terbaik. Kalau sudah dapat, aku akan mengurus perceraian kami,” kata Hendro bertekad. Diakui Hendro, mencari jodoh dengan mengubek-ubek PA sangat melelahkan. Walau begitu, Hendro mengaku tidak akan berputus ada hingga mendapatkan hasil. Saat Hendro sedang asyik bercerita, Memorandum melihat seorang perempuan turun dari motor, lalu bergegas masuk ruang PA. Memorandum lantas menyentuh pundak Hendro dan berkata, ”Coba lihat ke belakang. Ada perempuan cantik berjalan tergesa-gesa.” Hendro dengan cepat menoleh. Pandangan matanya tepat mengarah ke perempuan tadi. Namanya sebut saja Bunga. Memorandum sudah beberapa kali bertemu dia. Bunga adalah calon janda seorang pejabat. Suaminya tepergok berselingkuh dengan anak buah. “Bunga seorang pengusaha. Dia memiliki konter di beberapa kota. Tampaknya dia perempuan baik,” kata Memorandum, yang memang beberapa kali bertemu Bunga di kantor pengacara dia. Bunga sering membawa cokelat dan suka berbagi. (jos, habis)Sumber: