Perjalanan Cinta Hombreng (1)

Perjalanan Cinta Hombreng (1)

Dipaksa Ayah Menikah

Wajahnya ganteng. Berewokan tipis. Gagah. Hanya, gerak-geriknya tidak seperti lelaki kebanyakan. Terlalu lemah lembut, bahkan lebih bisa disebut gemulai. Namanya sebut saja Rio. Dia termenung di pojok ruang tamu kantor pengacara di sekitar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Memorandum menyapa lirih, “Maaf, mau bertemu siapa?” Rio menoleh dan mengangguk hormat. “Mau ketemu Pak Pengacara. Minta tolong mengurus gugatan cerai untuk istri,” katanya sambil menyalami Memorandum. Semerbak wangi mengikuti gerakan tangannya yang halus dan mulus. “Maaf, saya wartawan. Jos. Pak Ikin (panggilan pengacara pemilik kantor, red) mungkin sebentar lagi. Tunggu saja,” kata Memorandum. Jujur sambil berusaha menahan senyum melihat gaya Rio yang agak kemayu. “Kenapa cerai?” tanya Memorandum iseng. “Rio nggak bisa. Abis dulu Papa yang maksa sih,” katanya, yang lantas mengaku terus terang sebenarnya dia memang tidak tertarik kepada perempuan. Ia lebih tertarik kepada lelaki. Dari perbincangan selanjutnya, Memorandum mengetahui bahwa Rio dulu lahir secara normal. Sama seperti kedua kakak lelakinya. Ketika Rio berusia dua bulan, kakeknya meninggal. Sejak itu neneknya, sebut saja Oma Melati, tinggal di rumah. Kata Rio, Oma Melati punya lima anak. Empat lelaki dan satu perempuan. Dialah ibu Rio, sebut saja Ana. “Semua saudara Mama tidak ada satu pun yang punya anak perempuan. Demikian juga Mama. Jagoan semua,” ujar Rio. Selama di rumah, Oma Melati sering memperlakukan Rio seperti memperlakukan perempuan. Rio didandani baju cewek, dibelikan aneka boneka, dan mainan-mainan cewek lainnya. “Oma juga memelesetkan nama aku jadi Ria,” kata Rio. Mengetahui ini, ayahnya, sebut saja Fandi, marah-marah dan menyatakan tidak setuju dengan perlakukan Oma Melati terhadap Rio. Tapi, sang ayah diyakinkan perlakukan ini tidak selamanya. Benar. Saat memasuki usia PAUD (pendidikan anak usia dini), Rio diperlakukan normal seperti anak laki-laki lain. Tapi, itu hanya di depan Fandi. Di belakangnya, Rio tetap diperlakukan sebagai anak perempuan. Ternyata tidak hanya Oma Melati, ternyata Ana juga mendukung Rio dipacaki cewek. Kata mereka lucu dan bikin gemes. “Mama memang ingin punya anak perempuan, tapi tidak pernah kesampaian. Saya kakak kan semua laki-laki,” kata Rio. Dengan pakaian perempuannya, Rio tampak cantik dan menggemaskan. Ini wajar, karena Rio memang ganteng, seperti juga kakak-kakaknya. Hanya, gerakannya tetap kaku. “Jujur aku akui sendiri kalau aku memang cantik. Iya kan?” katanya, seolah meminta pembenaran kepada Memorandum. Mau tidak mau Memorandum mengangguk. Rio memang jauh lebih cocok dibilang cantik ketimbang ganteng dan gagah. Juga: menggemaskan! (jos, bersambung)

Sumber: