Suami Bergaji di Bawah UMK (1)

Suami Bergaji di Bawah UMK (1)

Uang Belanja 20K per Hari

Biduk rumah tangga Kunam (samaran) dan Sitem (juga samaran) tidak mampu bertahan lama. Gaji Kunam yang jauh di bawah UMK, cuma Rp 1,8 juta per bulan, jadi penyebab. “Saya yang minta diceraikan,” tutur Sitem kepada Memorandum di ruang tunggu gedung Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Menurut Sitem, seandainya gaji suami utuh, dia yakin mampu mengelola uang tersebut. Entah bagaimana cara dia mengirit. Masalahnya, gaji Kunam nyaris habis dipotong utang sang suami ke perusahaannya, pabrik mebel di kawasan Waru, Sidoarjo. Utangnya Rp 25 juta, yang diberikan Sitem menjelang perkawinan mereka. Sitem tidak tahu persis—dan tidak berusaha bertanya—berapa cicilan yang harus dibayarkan suami. “Yang jelas, saya diberi uang belanja tiap hari hanya 20K (Rp 20 ribu, red),” akunya. Dijelaskan bahwa uang Rp 25 juta yang diberikan Kunam dulu sudah diirit-irit. Untuk pesta pernikahan yang digelar amat sederhana, Sitem hanya mengambil Rp 3 juta. Selebihnya adalah uang orang tua dan tabungan pribadi yang tak seberapa banyak. Total biaya pernikahan mereka hanya Rp 6 jutaan. “Saya sempat bermimpi sisanya bisa untuk membeli motor. Nggak baru nggak apa-apa, yang penting bisa untuk wira-wiri,” imbuhnya lirih. Matanya nanar menatap ke depan, namun seperti tanpa titik fokus. Tapi, impian tetap impian. Bayangan tersebut menggantung di langit-langit khayal dan tidak pernah berpihak pada keinginannya. Bermaksud menunda mimpinya demi kebutuhan sehari-hari, mimpi tersebut justru terhanyut. Libas digerus badai kebutuhan yang tak pernah surut. Sitem tidak pernah berhenti melecut sang suami untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. Minimal, mencari kerja sambilan untuk sekadar menambal kekurangan uang belanja. Tapi bukannya merespons dorongan istri, Kunam malah bermalas-malasan dengan membuang percuma waktunya selepas kerja. Berangkat kerja pukul 08.00 dan pulang pukul 15.00, sebenarnya banyak waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk mengais rezeki. “Seandainya dulu saya tidak mendengarkan saran Mas Kunam untuk berhenti kerja setelah menikah, mungkin keadaan kami tidak seburuk ini,” kata Sitem, yang lantas menjelaskan bahwa gajinya dulu lebih besar ketimbang Kunam. Bekerja sebagai sales pada perusahaan kebutuhan rumah tangga, Sitem mendapat bayaran Rp 2,5 juta per bulan. Itu belum bonus penjualan, yang kadang bisa mencapai Rp 100-400 ribu. “Saya sudah coba masuk lagi, tapi belum ada posisi kosong. Banyak yang ngantre,” tambahnya. Tiba-tiba ada seorang lelaki mendekat. “Sebentar lagi waktumu masuk (ruang sidang, red). Bersiap-siaplah,” katanya sambil merapikan baju Sitem yang tampak lusuh bagian bawah punggung. (jos, bersambung)

Sumber: