Jauh di Mata (Tak) Dekat di Hati (3)

Jauh di Mata (Tak) Dekat di Hati (3)

Kesan Lelah di Sorot Matanya

Nana pasrah. Ia berusaha menerima alasan Kozin agar tetap menunggu di rumah sampai habis masa tugas sang suami di Pacitan. Nana hanya berjarap mudah-mudahan itu tidak akan lama.   Kesediaan Nana untuk tetap tinggal di Surabaya ternyata tidak sia-sia. Ia diangkat jadi wakil kepala sekolah. Dedikasi dan etos kerjanya yang maksimal mendapat apresiasi positif dari yayasan yang mengelola sekolah tempat Nana mengajar. Nana makin tenggelam dalam kesibukan. Dia melupakan keinginan menyusul Kozin tinggal di Pacitan. Nana juga tidak lagi sering mengeluh kepada Hanum soal Kozin yang tidak lagi hot saat pulang. “Aku turut bahagia melihat rumah tangga Mbak Nana yang harmonis, meski keluargaku sendiri hancur berantakan. Berkeping-keping. Aku bersyukur Mbak Nana tidak mengalamai kehancuran rumah tangga seperti aku,” kata Hanum. Hanum mengaku masih bisa bersyukur meski harus berpisah dengan sang suami. Sebab, mereka belum dikaruniai momongan. Jadi, dia bisa bebas beraktivitas apa pun tanpa merasa tergandoli keberadaan anak. “Beda dengan Mbak Nana dan Mas Kozin yang sudah dikaruniai seorang anak,” kata Nana sambil melirik Nana yang lelap di pangkuannya. “Sekarang di mana mantan Mbak Hanum?” tanya Memorandum hati-hati. Takut menyakiti hati perempuan tegar ini. Hanum menggigit bibir. Berusaha tersenyum, tapi tampak berat. Perlahan-lahan ia lantas menjelaskan bahwa lelaki yang telah mengkhianatinya itu hidup bersama selingkuhannya. “Kabarnya dia hidup lontang-lantung dengan selingkuhannya itu. Seorang purel. Tinggal dari satu tempat kos ke tempat kos yang lain. Dia dipecat dari tempat kerjanya setelah ketahuan bosnya nyabu dengan wanita laknat itu. Untung tidak dipolisikan,” katanya. Geram. Ada nada pahit terdengar dari ungkapannya. Hanum menyatakan salut kepada kakak dan suaminya. Mereka dilihat Hanum sebagai pasangan yang serasi. Sama-sama pekerja keras. Sama-sama mencintai. Dan sama-sama menjaga hati pasangan. Hanum selalu melihat Kozin memperlakukan kakaknya dengan mesra. Sejak awal menikah. Hanya akhir-akhir ini sikap itu berubah. Ada kesan lelah di mata Kozin setiap memandang Nana. “Aku meyakini itu terjadi karena Mas Kozin terkuras habis energinnya di Pacitan. Posisi kerjanya yang makin menanjak menuntut keseriusan bekerja. Ditambah perjalanan Pacitan-Surabaya yang demikian jauh, wajar kalau Mas Kozin kelelahan,” kata Hanum. Dibelainya rambut Nana yang agak kusut dan kusam. Untuk mengembalikan kemesraan dan keharmonisan kakak dan iparnya tersebut, suatu saat Hanum berinisiatif mengajak Nana memberi surprise kepada Kozin. Kebetulan hari jadi itu pas waktu kepulangan Kozin ke Surabaya. (jos, bersambung)              

Sumber: