Jauh di Mata (Tak) Dekat di Hati (2)

Jauh di Mata (Tak) Dekat di Hati (2)

Akhir Pekan Serasa Pengantin Baru

Meski kesepian setelah ditinggal suami bekerja di luar kota, Nana tidak begitu tersiksa. Pekerjaan sebagai guru sekolah swasta mampu memberinya kesibukan dan hiburan. Tidak hanya itu, Hanum yang menjanda setelah suaminya dipergoki Nana dengan wanita lain juga sering menemani sang kakak di rumahnya di kawasan Surabaya Selatan. “Kakak selalu bercerita bahwa Mas Kozin makin mesra setelah tugas di luar kota. Kesempatan bertemu yang singkat setiap akhir pekan mereka manfaatkan untuk bermesra-mesraan. Kakak mengaku selalu seperti pengantin baru setiap akhir pekan,” kata Hanum, disambung senyum. Nana yang sempat murung di awal-awal ditinggal Kozin dinas di luar kota berubah total menjadi ceria. Penampilannya nyaris seperti ABG. Terutama Jumat sore, saat menyambunt kepulangan Kozin. Sebulan-dua bulan, keceriaan masih terpancar di wajah Nana. Namun memasuki bulan ketujuh atau kedelapan, Hanum tidak lagi melihat sinar kebahagiaan Nana. “Mbak sering terlihat murung,” kata Hanum. Hanum hendak bertanya, tapi selalu diurungkan. Takut menyinggung atau mencederai hati Nana. Sampai suatu hari Nana curhat sendiri ke Hanum. Nana mengeluh Kozim tidak semesra dulu lagi. Dia sering terlihat loyo di depan Nana. “Masmu Kozin sudah berubah. Kira-kira ada apa ya?” kata Hanum menirukan pertanyaan Nana. Hanum mengaku kaget ditanya seperti itu. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Setelah didesak, Hanum lantas mencoba menenangkan kakaknya. “Mungkin Mas Ozin lelah setelah melakukan perjalanan jauh. Kelelahannya menumpuk,” kata Hanum. Untung Nana percaya. Nana kembali menapaki hari-harinya dengan ceria. Paling tidak, itulah yang dilihat dan dirasakan Hanum. Nana bahkan mempunyai keinginan mengiyakan suaminya yang dulu mengajak ikut pindah ke Pacitan. Pertimbangan Nana, ternyata memang tidak sehat menjalani kehidupan suami-istri jarak jauh. Kedua, posisi Kozin di tempat kerjanya sudah lebih mapan, sehingga Nana tidak ragu meninggalkan pekerjaannya. Toh selama ini dia bekerja hanya untuk menunjang ekonomi keluarga. Akhirnya rencana ini diungkapkan kepada Kozin. Namun, tanggapan Kosin yang dikira Nana antusias malah terdengar biasa-biasa saja. “Aku sih oke-oke saja. Sejak dulu aku kan mengajakmu ikut saja,” kata Kozin seperti ditirukan Hanum. Ketidakantusiasan Kozin tentu saja melunturkan niat Nana menemani sang suami di tempat kerja. Apalagi Kozin menyarankan Nana lebih baik tinggal di Surabaya. Toh tugas Kozin di Pacitan tidak akan selamanya. Suatu saat pasti dikembalikan ke Surabaya. Tidak lama setelah itu, dengan alasan kesibukan yang semakin padat, Kozin minta izin pulang tidak lagi seminggu sekali, melainkan dua minggu sekali atau sebulan sekali. (jos, bersambung)        

Sumber: