Istri Diserobot Ayah Angkat (1)

Istri Diserobot Ayah Angkat (1)

Bertemu saat Beli HP di WTC

Rudi (samaran) tidak menyangka keluarga yang dia bina dihancurleburkan orang yang sangat dia sayangi dan hormati. Kini dia tidak tahu kepada siapa lagi harus menyandarkan harapan. Menikah pada medio 2017, Rudi memasuki gerbang rumah tangga vs Muslikah (juga samaran) dengan keyakinan mampu membentuk keluarga sakinah, mawadah, warohma (samawa). Muslikah yang berasal dari keluarga sederhana diyakini bisa menyelaraskan diri dengan kehidupan Rudi yang masih bekerja sebagai pegawai honorer di kantor pemerintahan. Ijab kabul di rumah sempit perkampungan padat penduduk kawasan Tegalsari menandai janji suci mereka. “Kami berkenalan di WTC saat sama-sama beli HP,” kata Rudi sambil duduk di pecahan batu dekat warung sekitaran Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Tak lama setelah resepsi yang diadakan secara sederhana, pasangan pengantin baru itu lantas menyewa rumah di kampung itu juga, agar tidak jauh-jauh dari orang tua Muslikah. Likah, panggilan Muslikah, tak tega meninggalkan kedua orang tuanya karena dia adalah anak tunggal mereka. Dengan berdekatan rumah, sewaktu-waktu Likah bisa menengok mereka. Memang, hampir setiap waktu Likah lebih banyak bersama kedua orang tuanya. Setiap Rudi bekerja atau keluar untuk keperluan apa pun, Likah pasti dolan ke rumah lamanya. Rudi bahkan sering harus menjemput istrinya di rumah mertua sepulang kerja atau bepergian. “Pokoknya hidup Likah hanya di dua tempat. Kalau tidak di rumah saya ya di rumah Ibu (mertua, red),” kata Rudi memberi gambaran kehidupan sang istri. Bahkan, sering dengan alasan capek karena membantu ibunya membuat kue pesanan, Likah menginap di rumah sang ibu. Mungkin karena kebiasaan semacam itu, pada saat-saat tertentu Rudi merasa agak kurang dekat dengan istrinya. Rudi juga merasakan sikap kedua mertuanya agak merenggang. “Hal itu saya rasakan sejak tiga bulan usia perkawinan kami. Tapi, saya mencoba menepisnya dengan lebih mendekatkan diri kepada keluarga istri,” tambahnya sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari tas kecil, mengambilnya sebatang, lalu memasang di antara kedua bibir. Dia juga menawarkan rokoknya kepada Memorandum. Tapi karena Memorandum spontan menolaknya dengan mengibaskan lengan, Rudi segera meminta maaf. “Sori, tak kira Bapak merokok,” katanya, lantas tersenyum. Minggu, 5 November 2017, adalah hari yang tidak akan bisa dilupakan Rudi. Waktu itu pulang kerja sekitar pukul 17.00. Rudi yang njujug rumah mertua tidak mendapati Likah di sana. Harapan Rudi, Likah sudah leyeh-leyeh di rumah. “Ibu mertua bilang, tadi Likah memang ke sini, tapi sudah sejak sebelum Duhur pamit pulang. Tergesa-gesa saya menuju rumah mertua sambil membawakan tahu campur kesukaan Likah,” tuturnya. Ternyata Likah tidak ada di rumah. Upaya Rudi menanyakannya ke para tetangga tidak membuahkan hasil. Rata-rata mereka menyarankan Rudi mencari Likah di rumah mertua, seperti biasa. Bahkan sampai hampir pukul 22.00, Likah tak juga tampak batang hidungnya. (jos/bersambung)

Sumber: