Tertarik Karyawati yang Lincah dan Pandai Bicara

Tertarik Karyawati yang Lincah dan Pandai Bicara

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Kembali ke Surabaya, Jono sama sekali tidak dimarahi orang tua. Dia malah diajak sowan ke beberapa ustaz dan kiai. Dimintakan nasihat dan doa agar menjadi orang sukses. Dunia-akhirat. Salah satu ustaz, sebut saja Azis, sahabat ayah Jono semasa menimba ilmu agama di Gontor. “Waktu ditemui di ruang tamu Ustaz Azis, kami disuguhi makanan kecil dan minuman. Yang menyuguhkan seorang gadis cantik.” Tanpa diduga, tiba-tiba Ustaz Azis memegang pundak Jono dan berkata, “Nak Jono mau saya jodohkan dengan dia? Namanya (sebut saja, red) Nia. Dia baru lulus dari Jombang. Mondok dan sekolah di sana.” Jono tercekat. Tidak mampu menjawab. Pandangannya seolah terpaku di wajah Nia. Yang polos. Yang tulus. Yang jujur. Yang ayu alami khas pedesaan. Yang menawarkan kedamaian dan kebahagiaan. “Kau belum tahu siapa Jono,” sela ayah Jono, sebut saja Ahmad. Azis tersenyum. “Jono pernah ngenger kerja di rumah keponkanku di Jakarta. Singkat tapi berkesan. Jadi perawat kebun. Dia bercerita banyak soal Jono. Aku tak mungkin salah memilih menantu,” tutur pria berewokan ini. Ditawari calon istri cantik, tentu saja Jono tidak menolak. “Tapi, Jono belum punya pekerjaan tetap,” kembali Ahmad menyela. “Dengan menikah, maka anak-anak kita akan lebih diluaskan rezekinya oleh Allah. Masa aku harus mengingatkanmu, Mad.” Ahmad tertunduk. Malu. Tidak menyangka silaturahminya kali ini mendapatkan berkah begitu besar. Singkat cerita, Jono akhirnya bersanding di pelaminan vs Nia. Acaranya digelar sederhana, walau Azis dan Ahmad tergolong berada. Akad nikah dilangsungkan di Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang, sedangkan resepsi digelar di depan rumah Azis di kawasan kota. “Pascanikah aku dititipkan kerja di showroom mobil bekas milik adik Abah (Azis, red) di kawasan Kertajaya,” aku Jono. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Jono untuk menguasai ilmu jual-beli mobil bekas. Dibantu modal dari ayah dan ayah mertuanya, Jono akhirnya membuka sendiri showroom mobil bekas di kawasan Ngagel. “Saran Abah sih buka showroom-nya di dekat-dekat rumah saja di Sawahan. Tapi, aku merasa tidak prospek. Akhirnya aku beli di Ngagel. Mengganti milik orang.” Di sinilah awal terjadinya bencana rumah tangga Jono. Seiring perjalanan waktu, dia tertarik terhadap salah satu karyawatinya. Orangya tidak terlalu cantik. Jauh di bawah level Nia. Namanya sebut saja Kenanga. Cuma, Kenanga tampak jauh lebih menarik ketimbang Nia. Mungkin kesan ini didukung sikap Kenanga yang endel. Sok cantik dan kemayu. Suka menonjolkan bagian-bagian sensitif tubuhnya. “Aku sendiri heran. Anak ini nggak begitu cantik tapi kok menarik? Biasa-biasa saja tapi kok menimbulkan kesan luar biasa?” aku Jono, yang mengaku lambat laun jatuh hati juga. Jujur saja, Jono mengaku membanding-bandingkan Kenanga dengan istrinya di rumah. Nia memang cantik, tapi sikapnya yang dingin-dingin saja seiring waktu menyebabkan Jono kehilangan feeling. Sebaliknya, keterbukaan Kenanga mampu menyedot perhatian. Gadis ini memang lincah dan pandai bicara. (bersambung)  

Sumber: