Antisipasi Banjir Kali Lamong, Warga Patungan Beli Pompa Air

Antisipasi Banjir Kali Lamong, Warga Patungan Beli Pompa Air

Gresik, memorandum.co.id - Banjir akibat luapan Kali Lamong menjadi momok bagi masyarakat Gresik. Tak pelak, membuat warga selalu was-was ketika hujan deras. Agus Sugianto, warga perumahan Cerme Prisma Land (CPL) mengatakan kalau musim hujan, warga sudah pasti was-was.  Sebab, banjir luapan Kali Lamong sudah menjadi tamu wajib selama tiga tahun terakhir  di sana. Perumahan di Desa Guranganyar, Kecamatan Cerme, posisinya yang cekung membuat air bah dengan cepat menggenangi. Bahkan, dia bersama 75 kepala keluarga lainnya terpaksa harus mengungsi sewaktu banjir datang. Kala musim penghujan tiba, ia dan warga lain harus kembali bersiap menata berbagai perabot dan barang-barang berharga. Biasanya lemari, meja, dipan dan kursi akan diganjal bata agar tidak lapuk. Sedangkan barang elektronik diletakkan di atas lemari. "Setiap kali banjir ketinggian air rata-rata mencapai satu meter. Dan biasanya dua minggu lebih baru surut," keluh pria 45 tahun. Mereka secara swadaya  membangun rumah pompa air untuk membuang air ke sungai dari bozem berukuran enam meter yang ada di kawasan perumahan tersebut. "Bozem ini biasanya untuk menampung air. Tapi saking banyaknya air masuk, kondisinya malah ikut terendam," jelas pria asal Nganjuk ini. Warga setempat memilih urunan secara mandiri untuk memberli pompa air itu. Begitupun untuk biaya bahan bakar dan listriknya. Mereka secara rutin memeriksa kondisi bozem tersebut. Termasuk, memastikan mesin pompa air tetap berfungsi. Dikatakan, selama Oktober hingga April menjadi bulan keramat bagi warga. "Tidak bisa diprediksi, tiba-tiba sudah terendam," paparnya. Imbasnya, banyak rumah yang ditelantarkan pemiliknya. Dari 270 unit, yang ditempati tidak ada separuhnya. Menurutnya, banjir akan tetap menghantui masyarakat selama anak sungai Kali Lamong belum dilakukan pengerukan atau normalisasi. Saat banjir, air baru benar-benar surut dengan memaksimalkan pompa penyedot air hasil swadaya itu. “Dipompa lalu dialirkan ke sungai, karena memang perumahan ini irigasinya buruk. Tidak sesuai dengan yang dijanjikan pihak pengembang,” pungkasnya. (and/har)  

Sumber: