Rumah Tangga Retak, Pembantu Seksi Tertuduh (1)

Rumah Tangga Retak, Pembantu Seksi Tertuduh (1)

Orangnya cantik. Selevel Citra Kirana. Andaipun ada perbedaan, ya… sedikitlah. Berkisar 11,5:12. Pendidikannya pun lumayan tinggi. Gelarnya SPd. Pekerjaannya guru. Walau begitu, perempuan tersebut, sebut saja Linda, rela bersusah payah mencuci baju, menyapu dan mengepel, serta memasak.   “Istriku istimewa kan?” kata Andi (nama samaran) saat bertemu Memorandum di Pengadilan Agama Surabaya, beberapa hari. Wajahnya muram. Sedih.   Andi mengaku berada di sana karena digugat cerai Linda. “Lho. Kenapa?” tanya Memorandum. Kaget.   Andi diam cukup lama sebelum menjelaskan bahwa Linda adalah perempuan yang baik. Amat baik. Menghormati dan menghargai suami. Dia sendirilah yang bersalah. “Sejak kami menikah, sebenarnya Linda mengatakan tidak mau ada pembantu di rumah,” kata Andi.   Setahun dua tahun rumah tangga mereka berjalan lancar. Pada awal tahun ketiga, pasangan ini dikaruniai momongan. Bayi laki-laki yang cakep. “Aku menawari Linda untuk mengambil pembantu, tapi ditolak,” kata Andi, Andi kasihan kepada Linda yang nyaris tidak pernah istirahat. Di sela-sela ngurus baby, waktunya habis untuk cuci-cuci, seterika, menyapu, dan memasak. Walau begitu, Linda tak pernah mengeluh. Walau Andi sering memaksa, Linda bergeming pada pendiriannya. Emoh diribeti pembantu rumah tangga. Hingga suatu malam Andi mendapati Linda tertidur kelelahan di sofa ruang keluarga. Wajahnya tampak lelah. Keesokan harinya Andi—tanpa seiizin Linda—mengambil seorang pembantu dari agen. Terjadi perdebatan. Andi ngotot, Linda pun ngotot. Akhirnya Andi menggunakan hak vetonya sebagai kepala rumah tangga: tetap mempekerjakan seorang pembantu, sebut saja Tina. Linda pasrah. Sejak itu Linda memang teringankan pekerjaan rumahnya. Ia tak lagi disibukkan urusan rumah seperti cuci-cuci, bersih-bersih, masak, dll, dsb, dst. Semua diambilalih Tina. Untuk sementara semua berjalan baik-baik saja. Kesalahan kemudian justru datang dari Andi. “Jujur saya sering tergoda Tina. Cara berpakaiannya yang sembarangan sering membuat dada deg-deg ser,” kata Andi malu-malu sambil melirik Memorandum. Dari semula sekadar melirik, lama-lama Andi tergoda melihat aurat Tina yang sering tersibak saat bekerja. Entah saat cuci-cuci, saat bersih-bersih, atau saat klesetan di lantai teras belakang di sela pekerjaannya. Andi jadi makin kerasan di rumah. “Nggak tahu. Rasanya selalu pingin melihat Tina. Padahal dia tidak cantik. Wajahnya biasa-biasa saja. Yang menarik dari dia adalah tubuhnya. Seksi banget. Seperti Wulan Guritno. Pemandangan itu sering dinikmati Andi sambil menyirami tanaman di halaman belakang tumah atau olahraga ringan di sana. Kebetulan saat itu Tina sedang cuci-cuci pakaian atau cuci-cuci piring dan peralatan dapur. Dia beberapa kali ditegur Linda, tapi istrinya bisa dikelabui dengan baik. Inilah yang menyebabkan Andi semakin berani. Dia mulai mencuri-curi kesempatan menyenggolkan tangan ke bagian-bagian tertentu tubuh Tina. (jos, bersambung)  

Sumber: