Suami Selalu Bermain Kasar, Istri Menggugat Cerai

Suami Selalu Bermain Kasar, Istri Menggugat Cerai

Rini (nama samaran) menggugat cerai Parno (juga nama samaran). Hal tersebut disebabkan perempuan manis ini tidak tahan mendapat perlakuan kasar secara fisik dari sang suami. Enam tahun menikah dengan Parno, Rini dikaruniai seorang buah hati bernama Alya. Mereka tinggal di sebuah rumah kos. Parno bekerja sebagai sopir distributor makanan ringan, sedangkan Rini penjaga loket parkir. Selama menikah mereka hidup dalam keadaan pas-pasan. Apalagi, semenjak Rini divonis mengidap penyakit paru-paru akibat terpapar asap kendaraan bermotor. Ia kemudian memutuskan keluar dari tempatnya bekerja. Rini kemudian mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan katering. Pada suatu ketika Rini terlambat pulang karena ada tambahan pekerjaan. Banyak kiriman pada pernikahan salah satu anak konglomerat di Surabaya. "Aku datang sekitar pukul 18.00. Mepet dengan jam berangkat kerja Parno pukul 19.00. Biasanya sebelum dia berangkat aku siapkan makanannya. Karena sudah mepet, akhirnya aku bungkus untuk dimakan di tempat kerja," kata Rini. Keterlambatan Rini memantik emosi sang suami. Parno marah dan mengomel tidak karuan hingga kata-kata kasar keluar dari mulutnya. "Padahal aku sudah minta maaf berkali-kali. Tapi dia seakan tak mau tahu. Hingga terjadi pertengkaran hebat. Dia memukuliku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sampai tidak masuk kerja waktu itu," ucapnya. Setelah kejadian itu, Parno menjadi sering uring-uringan. Kesalahan kecil bisa menjadi besar di mata Parno. Setiap bertengkar, Rini selalu mendapat pukulan atau tamparan. "Walau begitu, perlakuan Parno sengaja aku tutup-tutupi, baik di depan keluargaku maupun keluarganya. Aku tak ingin masalah rumah tanggaku diketahui siapa pun," tuturnya. Pada puncaknya Rini kehabisan kesabaran. Parno pulang terlambat. Alasannya dia nongkrong bersama teman-temannya. Namun, ketika pulang, Parno dalam keadaan mabuk. "Ketika kutanya dari mana, ia langsung marah. Pukulan pun mendarat di kepalaku. Aku langsung menangis karena merasakan sakit yang luar biasa. Kepalaku pusing. Untung aku tidak pingsan," keluhnya. Keesokan harinya Rini memikirkan kejadian semalam. Pergolakan batin pun terjadi. Ia ingin menceritakan perbuatan Parno kepada orang tua dan mertua. Perlakuan Parno semakin tak tertahankan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya selalunkasar. Hal itu membuat Rini semakin muak. "Mulutnya kotor. Seperti orang yang tidak berpendidikan. Hanya masalah sepele selalu dibuat besar. Setiap katanya selalu dibarengi pemukulan," katanya, kesal. Rini semakin tertekan dan akhirnya melawan. Setiap kata-kata kasar yang ditujukan kepadanya selalu dibalas. Tetapi, tatkala sudah merasa terpojok, Parno mengakhiri dengan pukulan. "Apa yang diumpatkan kepadaku selalu kubalas. Dan seperti yang sudah-sudah, dia memukulku." Akhirnya Rini melaporkan perlakuan Parno ke orang tuanya. Mereka pun pisah rumah. "Ia disuruh tinggal di rumah orang tuanya untuk merenungi kesalahannya dan aku tetap di tempat kos. Setelah hampir dua bulan akhirnya Parno mendatangi Rini dan minta maaf. Rini menduga Parno telah sadar. Karena itu ia mau menerimanya kembali. "Parno kembali ke kos. Seminggu bersama, tak kusangka Parno kembali berulah. Perlakuannya kepadaku kembali lagi seperti dulu," keluhnya. Rini tidak mengira Parno seperti itu. Pertengkaran hebat kembali terjadi. "Aku ditampar, dipukul, dan ditendang. Aku tak terima. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tua dan memutuskan berpisah." Hari-hari berlalu. Rini tidak lagi mempedulikan Parno.. Jangankan keadaan, sekedar kabar saja Rini sudah tak mau tahu. "Biarlah itu semua jadi kenangan pahit dalam hidupku. Saat ini aku sedang menunggu surat ceraiku," tandasnya. (mg5/jos)

Sumber: