Pendemo 21-22 Mei, Siapa Mereka?
Oleh Arief Sosiawan Pimpinan Redaksi Pada 21-22 Mei suhu politik ibu kota negara Indonesia, Jakarta, panas. Ini menyusul pengumuman KPU (Komisi Pemilihan Suara) soal pemenang kontestasi pemilihan presiden yang dimenangkan pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin. Sontak pengumuman yang disampaikan pada 21 Mei dini hari itu membuat banyak kalangan geleng-geleng. Termasuk kubu pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Kubu ini kebakaran jenggot! Mereka tidak terima dengan tindakan KPU. Bagi pendukung paslon 02, tindakan KPU mengumumkan pemenang pada dini hari itu adalah kesengajaan yang memperlihatkan pola ketidakadilan dan ketidakjujuran dalam menyelenggarakan pesta demokrasi rakyat tahun ini. Alhasil, rakyat atau tepatnya mereka yang mengaku pendukung paslon 02 marah. Marah besar. Mereka langsung menggelar aksi demo. Jakarta jadi lautan manusia. Buntutnya, ibu kota menjadi ladang menghambur-hamburkan peluru. Aparat dengan enteng dan mudah menembaki rakyat pendemo. Jakarta jadi pusat perhatian nasional, bahkan dunia internasional. Fakta ini terlihat di berbagai stasiun televisi dunia, yang menyiarkan secara langsung aksi demo dan tembakan-tembakan aparat keamanan. Tergambarkan dengan jelas bentrok aparat keamanan dengan rakyat. Berbagai kalangan menganggap bentrok itu tidak menggambarkan kepentingan rakyat Indonesia keseluruhan. Mereka justru dianggap perusuh. Di lapangan memang faktanya demikian. Dari 442 perusuh yang ditangkap aparat, ternyata tidak ada pendukung paslon 02. Mereka adalah sekelompok orang bayaran. Buktinya, dari foto perusuh demo yang dirilis kepolisian, banyak orang-orang bertato yang selama ini diidentikan dengan preman. Jauh dari kesan pendukung Prabowo-Sandiaga yang selama ini diidentikkan dengan kalangan Islam. Kubu paslon 02 pun membenarkan itu. Prabowo dalam keterangan persnya meminta dengan tegas agar aparat tidak menembaki rakyat yang berdemo. Bukan mengatakan,”Aparat jangan menembaki pendukungku.” Artinya, menyikapi aksi demo 21-22 Mei ini, Prabowo tidak mengklaim demo yang melibatkan rakyat dengan aparat itu para pendukungnya, meski dia menyatakan berduka atas kematian para pendemo. Jika seperti itu kejadiannya, aksi demo itu kini jadi pertanyaan besar: pendemo itu siapa? Pendemo yang berbuat rusuh itu dibayar siapa? Pendemo yang terlihat sangat berani melawan aparat itu, apa benar-benar ingin keadilan dan kejujuran KPU dalam menyelenggarakan pemilihan presiden? Ataukah pendemo itu hanya dibayar untuk berbuat rusuh agar pemilihan presiden kali ini terlihat kuat dan benar setelah ada tudingan KPU curang dan curang? Ataukah demo itu memang diciptakan kalangan tertentu yang sangat berkepentingan untuk keberlangsungan negara demi kenyamanan yang selama ini dinikmatinya? Tentu jawaban atas berbagai pertanyaan itu akan susah mencarinya. Jadi, mari kita tunggu saja hasilnya. Mari kita tunggu kebenarannya, apakah pemilihan presiden kali ini berlangsung jujur atau curang, sambil menanti keberhasilan atau kegagalan gugatan kubu Prabowo-Sandi di Mahkamah Konstitusi (MK) atas penetapan KPU yang memenangkan pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin. (*)
Sumber: