Derita Perempuan Penderita Stroke, Dikhianati di Rumah Sendiri (3)

Derita Perempuan Penderita Stroke, Dikhianati di Rumah Sendiri (3)

Berswalayan Seks sambil Melihat Goyangan Dewi Perssik di TV

Yuyun akhirnya memaafkan suaminya dan Saritem. Toh mereka belum sampai hohohihe. Masih dul-dulan seperti orang hendak main badminton. Tidak sampai cemes-cemesan, apalagi sampai menjebol net. Tidak bisa dipungkiri, hubungan Yuyun dan Koko tak sebaik dulu lagi. Luka di hati sangat sulit sembuh. Yuyun tidak lagi mau melayani Koko. Jangankan gituan, walau hanya tipis-tipis. Disentuh saja ogah. Yuyun tidak pernah memperkirakan sikapnya ini bakal membuat Koko haus belaian dan kasih sayang. Makanya, Yuyun pernah kaget ketika suatu malam memergokinya berswalayan seks sambil nonton goyangan penyanyi dangdut di televisi. Waktu itu Yuyun tidur di ranjang, sedangkan Koko tidur di atas karpet yang digelar di samping-bawah ranjang. Bukannya menyesal telah menyapih suami, Yuyun malah nyukurno Koko. ”Sukur koen. Kalau nggak gini nggak kapok,” kata hati Yuyun. Yuyun memergoki hal serupa 3-4 kali. Setelah yang pertama sambil memelototi goyangan Via Valen, selanjutnya sambil memelototi goyangan Inul, Dewi Perssik, Ayu Ting Ting, dan entah siapa namanya yang nggak Yuyun hafal. Pokoknya hot sampai ndlosor-ndlosor di panggung. Yuyun membiarkannya. Yang penting tidak dengan Saritem atau wanita-wanita lain. Yuyun sama sekali tidak menyangka bahwa Koko akan mencapai titik jenuh dengan hanya berswalayan seks. Yuyun yakin suaminya tidak bakal bisa melampiaskan nafsu di luaran sana karena lelaki pendiam tersebut tidak diberi kesempatan memegang uang. Sejak tragedi Koko vs Saritem, pengelolaan keuangan dipegang Yuyun. Baik pemasukan dari toko di pasar maupun toko di depan rumah. Toh begitu, Yuyun kembali curiga ketika suatu saat, sepulang dari kontrol di rumah sakit, dia melihat Koko keluar dari kamar Saritem. Dadanya spontan panas. Emosinya terbakar. Dilemparkannya tas dan didorongnya pot bunga dengan kaki kanan. Sampai Yuyun sendiri hampir terlempar dari kursi rodanya. “Keluar kalian dari rumah. Pergi sana,” teriak Yuyun. Saritem menanggapi dengan halus. “Nyonya jangan salah paham. Saya yang tadi memanggil Tuan. Minta tolong. Ada tikus mati di bawah tempat tidur,” kata Saritem sambil menunjuk bangkai tikus terbungkus tas kresek di lantai. Tas kresek itu tadi terlepas dari tangan Koko karena kaget mendengar teriakan Yuyun. Yuyun tertegun. Diawasinya Koko dan Saritem bergantian. Pakaian mereka masih utuh. Demikian pula benges Saritem yang biasanya berwarna merah menyala, tidak ada tanda-tanda bekas dicium atau mencium. Hatinya lega. Tanpa minta maaf, Yuyun bergegas masuk kamar. Segera diperiksanya laci tempat menaruh duit. Agak berubah. Bergeser sedikit dari semula dia tinggal tadi. Begitu pula tumpukan uang di dalamnya. Walau begitu, Yuyun tidak tahu uang tersebut masih utuh atau berkurang. Sebab, terakhir dapat setoran, sore hari sebelumnya, dia belum sempat menghitung. Saat itu digeletakkan begitu saja. Kapalanya agak berat. Koko yang pendiam semakin diam. Dia hanya memandangi istrinya tanpa berkata apa pun. Sampai sekarang, walaupun tidur sekamar, mereka memang tidak pernah berbincang. (bersambung)         Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih      

Sumber: