Derita Perempuan Penderita Stroke, Dikhianati di Rumah Sendiri (2)

Derita Perempuan Penderita Stroke, Dikhianati di Rumah Sendiri (2)

Mengaku Sudah Siizin Istri, Mengajak Pembantu Gituan

Begitu pintu terbuka, tampak pemandangan mendebarkan. Koko dengan hanya berkolor pendek duduk di pangkuan Saritem. Saritem sendiri duduk di tepi ranjang menghadap pintu. Yuyun tidak mampu berkata-kata. Dari mulutnya hanya keluar haok-kaok. Tangan kanannya yang masih kuat meraih apa saja yang bisa dijangkau dan membanting sekeras-keras atau melemparkannya. Gaduh. Anak-anak keluar dari kamar masing-masing dan menyaksikan pemandangan yang sangat tidak layak itu. Koko buru-buru kembali ke kamar setelah menutup pintu kamar Saritem. Klunyur-klunyur. Anak-anak diminta masuk kamar. Dengan suara cedal dan terbata-bata Saritem ditanya sudah berapa kali berbuat seperti itu dengan suaminya. Saritem diam dan hanya menunduk. Ketika hendak ditampar, dia mengangkat satu jari, “Baru sekali ini. Nyonya. Sumpah.” “Puas?” tanya Yuyun agak pelo. “Belum sempat Nyonya,” jawab Saritem polos. “Belum sempat apa?” tanya Yuyun kembali. Masih dengan suara pelo. “Belum sempat gituan. Hanya pangku-pangkuan,” jawab Saritem. “Saya salah, Nyonya. Saya minta maaf,” imbuh Saritem sambil memegang kaki Yuyun. Yuyun diam. Tidak tahu harus perbuat apa. Sebenarnya ada pikiran untuk memecat pembantu itu. Tapi kalau Saritem dipecat, nanti akan sulit mencari pengganti pembantu seperti dia yang serba bisa. Semua pekerjaan rumah beres. “Tidak akan saya ulangi, Nyonya,” kata Saritem, yang menjelaskan bahwa dia tadi dipaksa. “Tadi saya diancam,” imbuh Saritem. “Diancam bagaimana?” “Kalau menolak akan dipecat. Saya takut. Saya butuh duit untuk mengobatkan Emak di desa.” “Hanya karena duit kamu mau digituin?” “Tidak Nyonya. Katanya ini sudah seizin Nyonya.” “Seizinku?” “Ya. Katanya Nyonya sudah tidak sanggup melayani Tuan. Makanya Tuan boleh gituan sama saya. Agar tidak gituan di luar.” Kepala Yuyun mendadak nggliyeng. Tiba-tiba Saritem tampak bergoyang. Juga benda-benda di sekitar Saritem. Kapala Yuyun juga terasa berat. Serasa digandoli beban berat di tengkuk. “Saya kasihan sama Tuan dan ingin meringankan beban Nyonya. Sebab, selama ini Tuan dan Nyonya sudah sangat baik kepada saya,” imbuh Saritem. “Saya juga dijanjiin Tuan duit.” Kepala Yuyun semakin berat. Goyangan Saritam dan benda-benga di sekitarnya juga semakin kerap dan meliuk-liuk. Kadang seperti karet, melar-mungkret dan putus-nyambug. (bersambung)     Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih      

Sumber: