Jujurkah Mereka? Tunggu setelah Pelantikan

Jujurkah Mereka? Tunggu setelah Pelantikan

Oleh Arief Sosiawan Sembilan belas (19) hari lagi Kota Surabaya punya pemimpin baru. Demikian pula 18 kabupaten-kota lain di Jawa Timur juga. Bupati-bupati dan wali kota-wali kota baru itu lahir melalui proses pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2020. Secara nasional lebih besar. Mencapai 270. Hajat yang lebih dikenal sebagai pesta demokrasi itu digelar 9 Desember. Seperti kita tahu, Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia. Ia memiliki APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) sekitar Rp 9 Triliun. Tapuk pimpinan kota inilah yang kini diperebutkan pasangan Er-Ji (Eri Cahyadi-Armuji) dan MA-Ju (Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno). Aroma perang antarcukong politik cukup merebak meski tidak tampak kasat mata. Mereka berlomba memberi bantuan terbaik kepada jagonya untuk memikat hati rakyat yang memiliki hak pilih. Bantuan apa pun. Mulai memberi sembako (sembilan bahan pokok) sampai pembangunan tempat ibadah dilakukan demi kemenangan sang jago dalam pesta rakyat lima tahunan di pemilihan wali (pilwali) Kota Surabaya nanti. Tak hanya bantuan bersifat fisik, “bantuan” dalam bentuk pembunuhan karakter terhadap masing-masing jago lawan terlihat jelas dilakukan oleh mereka. Tim Er-Ji maupun tim MA-Ju berbuat hal yang sama untuk mengejar tujuan; harus menang!. Kondisi ini bisa dibuktikan di dunia maya atau nyata. Di dunia maya (media sosial), terpapar jelas perseteruan mereka. Tim thing-tank mereka saling mencari dan memelototi celah kelemahan lawan. Begitu menemukan celah, hajar langsung. Sampai-sampai badan pengawas pemilu (bawaslu) kewalahan menangani. Di dunia nyata pun demikian. Betebaran baliho atau banner yang terpampang di sudut-sudut kota, memberi arti telah terjadi perang citra sekaligus pembunuhan karakter. Yang satu mencitrakan diri sebagai penerus, yang kedua mencitrakan diri sebagai jago dengan keinginan menaikkan level dari yang sudah ada saat ini. Tentu keduanya tetap dengan satu tujuan; menang, menang, dan menang!. Meski begitu, pasangan Er-Ji atau MA-Ju sama-sama merasa percaya diri (baca: kepedean), menjanjikan yang indah-indah, yang baik-baik buat kota berjuluk Kota Pahlawan. Buktinya, lewat tim sukses masing-masing, kedua pasangan calon saling melempar isu dan ide meski terdengar sedikit usang. Ide menjadikan Kota Surabaya sebagai kota yang indah dan tertata lebih baik, sebagai kota yang tetap jadi andalan, sebagai kota yang pertumbuhan ekonomi wong cilik-nya maju dikampanyekan secara gencar. Begitupun menjadikan Surabaya sebagai kota yang maju, kota yang bisa menyejahterakan warga, kota yang nyaman untuk ditempati, kota yang bisa menjadi harapan hidup berkecukupan bagi warga, semuanya dikampanyekan dengan gempita oleh kedua calon wali Kota Surabaya. Nah, pertanyaan besarnya akankah semua itu bisa? Jawabnya: kita tunggu saja. Semoga dan tak hanya terkesan sebatas embusan angin segar buat rakyat belaka.(*)  

Sumber: