Persahabatan Abadi Dua Bidadari di Garis Fatamorgana (2)

Persahabatan Abadi Dua Bidadari di Garis Fatamorgana (2)

Surat Cintanya Dibuang di Bak Sampah Samping Kantin

Seringnya Hantin memaksa kehendak akhirnya membentuk Tavif sebagai sosok yang suka mengalah dan penyabar. Sebaliknya, kondisi tadi menguatkan karakter Hantin yang semena-mena dan suka pemaksa. Ada kejadian lucu saat mereka duduk di bangku kelas tiga SMP. Waktu itu Tavif naksir cowok kelas satu SMA, yang sekolahnya sekompleks dengan mereka. Ternyata Hantin juga menaruh hati kepada cowok yang sama. Setelah terjadi adu mulut, mereka sepakat sut untuk menentukan siapa yang berhak atas jagoan basket tadi. Saat sut, ternyata Hantinlah pemenangnya. Maka, Hantin berhak mengirimkan surat cinta kepada cowok yang diperebutkan tadi. Celakanya, tidak ada tanggapan. Si jago basket cuek-cuek saja. Keesokan harinya Hantin dan Tavif malah menemukan surat yang dikirimkan Hantin di bak sampah di samping kantin. Sakit hati, Hantin mendorong Tavif untuk mengirimkan surat serupa. “Harapanku waktu itu, cinta Tavif juga ditolak dan suratnya dibuang. Tidak di bak sampah kayak suratku, tapi di kandang bebek piaraan Pak Bon,” kata Hantin mengenang kisah lasa lalunya. Sampai keesokan hari tidak ada tanggapan dari cowok ganteng si jago basket. Mereka penasaran dan mencari surat cinta Tavif di bak sampah saming kantin. Tidak ada. Hantin lantas mengajak Tavif ongkreh-ongkreh kandang bebek Pak Bon. Juga tidak ada. “Dibuang ke mana ya?” pikir Hantin. “Atau jangan-jangan disimpan,” pikir Hantin kemudian. Waswas. Takut dikalahkan Tavif. Sampai mereka lulus SMP, jawaban dari cowok cakep si jago basket tidak nongol-nongol juga. Sampai keduanya lupa. Yang jelas, peristiwa tersebut lambat laun menjadikan mereka semakin akrab. Suatu saat Tavif menemukan cowok yang dirasa cocok. Disampaikannya kabar gembira tersebut ke Hantin. “Sebenarnya aku mangkel. Tapi aku pura-pura ikut bahagia dan menderorong Tavif pe-de-ka-te,” aku Hantin. Tiga minggu kemudian Tavif menemui Hantin. Wajahnya murung. “Dia cerita bahwa cowok yang ditaksir jadian sama cewek lain,” kata Hantin, yang mengaku segera memeluk sahabatnya itu. Bukan karena sedih, melainkan bersyukur Tavif nggak jadi jadian. Kata Hantin, dia bersyukur ternyata bukan hanya dia yang selalu bernasib sial soal cinta. Tavif juga. Hanya, dia tidak bercerita kepada Tavif. Malu. “Akhirnya kami sepakat tidak akan mengharapkan cinta cowok. Percuma. Selalu tidak dianggap,” tegas Hantin. “Emang-nya sudah berapa kali ditolak cowok?” tanya Memorandum. Hati-hati. Lirih. Takut menyinggung perasaaan Hantin. “Jujur, aku sudah hampir sepuluh kali kami ditolak cowok. Tavif juga. Hampir sama,” kata Hantin seolah menjawab pertanyaan Memorandum yang belum sempat terucap. “Emang-nya belum pernah ditembak cowok?” tanya Memorandum. Lagi. Hati-hati. Lirih. Takut menyinggung perasaan. Hantin diam. Lama. Memandang ke arah layar. Pandangan kosong. (bersambung) Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih      

Sumber: