Jelang Pencoblosan, KPU Gresik Gelar Simulasi

Jelang Pencoblosan, KPU Gresik Gelar Simulasi

Gresik, memorandum.co.id - Jelang pencoblosan 9 Desember, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Gresik menggelar simulasi pemungutan dan penghitungan suara serta penggunaan sistem informasi rekapitulasi (Sirekap). Simulasi tersebut memberikan gambaran proses yang akan dilakukan saat di tempat pemungutan suara (TPS). Dengan simulais tersebut, harapannya proses pencoblosan dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 Kabupaten Gresik dapat berjalan lancar. Berbagai bentuk kendala dan potensi permasalahan dapat dicarikan solusi dan diantisipasi. Ada banyak adegan yang diperagakan dalam simulasi tersebut. Di antaranya, pemeragaan pemilihan di TPS yang sesuai dengan protokol kesehatan. Bahkan dalam simulasi digambarkan bagaimana jika ada pemilih yang sakit atau tiba-tiba pingsan. Bagaimana langkah petugas di lapangan untuk menangani. Simulasi pemilihan yang dilaksanakan di Hotel Aston Inn Kamis (19/11/2020) itu melibatkan panitia pemilihan kecamatan (PPK) dan petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) dari Kecamatan Kebomas. Simulasi dimulai dengan petugas ketertiban menyemprotkan disinfektan ke seluruh ruangan TPS. Kemudian ketua KPPS melakukan pengecekan dan disaksikan seluruh anggota dan saksi. Selanjutnya, pemilih memasuki TPS dengan mencuci tangan, dan melakukan pengecekan suhu tubuh. Lalu pemilih dengan membawa form C pemberitahuan menandatangani daftar hadir. Namum sebelum itu pemilih memakai sarung tangan sekali pakai. Tujuanya menghindari kontak fisik. Setelah mendaftar, pemilih bisa mencoblos ke bilik yang telah disediakan. Setelah mencoblos, kemudian pemilih akan di berikan tanda berupa tetesan tinta hitam. Kemudian, petugas akan meminta sarung tangan sekali pakai yang dikenakan pemilih untuk dilepas dan dibuang di tempat sampah. Ketua KPU Gresik Akhmad Roni mengatakan, simulasi ini mengedukasi petugas penyelenggara bagaimana situasi pemilihan di tengah pandemi. Hal ini agar ketika terjun di lapangan mereka sebelumnya punya gambaran apa yang harus dilakukan jika ada masalah. "Sebenarnya tidak ada yang membedakan pemilihan di tengah pandemi atau tidak. Hanya saja kali ini dibarengi dengan protokol kesehatan yang ketat," terangnya. Ada banyak reka adegan kemungkinan yang terjadi di lapangan. Seperti, ketika ada pemilih pingsan maka petugas harus memakai baju hazmat dan melakukan pertolongan pertama. Juga diperagakan jika ada pemilih yang bersuhu tinggi, maka yang bersangkutan diarahkan memilih ke bilik khusus. "Begitu juga saat ada pemilih difabel yang meminta pendampingan maka petugas di lapangan dalam hal ini KPPS, harus membantu," jelas Roni. Yang membedakan, lanjut pria lulusan ITS, dari pemilihan sebelumnya selain protokol kesehatan adalah pengunaan Sirekap. Aplikasi ini baru digunakan dan sudah diuji coba.(and/har/udi)

Sumber: