Cinta Tumbuh kala SMP, Bersemi di Lapangan Upacara

Cinta Tumbuh kala SMP, Bersemi di Lapangan Upacara

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Dengan hati berdetak tidak karuan, suatu hari Eli dipertemukan dengan Tulus di rumah makan bernuansa pedesaan di tengah kota. Romantisme spontan merebak menghangatkan tubuh. Eli teringat masa-masa di desa sebelum hijrah ke Surabaya selepas sekolah di Kediri dan kuliah di Malang. Ternyata Tulus adalah kakak kelas Eli semasa SMP. Dialah sejatinya cinta pertama Eli. Hanya, waktu itu Eli tidak bisa menikmati harum bunga yang sedang mekar di hati karena Tulus terburu lulus sekolah, sementara Eli masih duduk di kelas dua. Kedewasaan Tulus sangat dirasakan Eli. Tutur kata yang lembut, gaya bicara yang sopan, dan pandangan mata yang terjaga. Eli terhipnotis. Ia teringat pandangan Tulus beberapa puluh tahun lalu, saat berpamitan hendak pindah ke Lampung. Gambaran Tulus yang pendiam tapi pandai sangat tertanam di hati Eli. Gambaran tersebut muncul saat upacara bendera di sekolah. Kepala sekolah mengumumkan Tulus sebagai lulusan terbaik sekolah mereka. Sayang, sejak itu komunikasi mereka terputus.   Kecanggungan Eli lambat laun pudar. Apalagi, Tulus mampu membuat suasana kaku menjadi cair dengan joke-joke-nya yang segar. Dalam setiap pertemun, Tulus tidak pernah secara langsung menyinggung kekisruhan rumah tangga Eli. Tulus mampu menjaga hati Eli. Mereka bergaul sebagaimana teman lama yang tidak pernah bertemu. Yang dengan lambat namun pasti menimbulkan cinta baru di hati Eli. Dia seolah melihat Tulus sebagai lelaki yang dikagumi dan mampu mempertahkan itu sejak SMP. Suasana yang sama bergemuruh di dada Tulus. Dia merasakan cinta lama yang sempat terkubur itu bersemi kembali. Tulus bahkan merasakan cinta itu sangat kental. Hubungan Eli-Tulus berkembang bagai bunga disirami, sementara hubungan Eli-Mukhlis semakin renggang laksana permen karet kehilangan daya rekat. Apalagi, suatu saat Mukhlis menemukan chat Eli dengan Tulus. Walau Eli sanggup menjaga kehormatannya selama dekat dengan Tulus, fakta kedekatannnya dengan lelaki tersebut diakui sebagai kesalahan. Meskipun tah, sikap itu awalnya sekadar pelampiasan sakit hatinya kepada tuduhan Mukhlis. Eli akhirnya benar-benar jatuh cinta kepada Tulus, pria yang dulu selalu terpatri di hati. Kini bukan Mukhlis yang menceraikan Eli, sebagaimana digembar-gemborkan pria itu setiap berselisih paham. Justru Eli-lah yang mengajukan gugat cerai. KdRT (kekerasan dalam rumah tangga) dijadikan alasan gugatan cerainya. Mukhlis memang pernah marah besar saat melihat chat Eli vs Tulus. Seolah tanpa rasa belas kasih, Mukhlis menampar wajah istrinya dengan keras sampai pipinya lebam dan bibirnya robek. Luka ini baru sembuh dua-tiga minggu kemudian. Selama ini Eli dan Tulus memang sering bertemu. Tapi, mereka tidak pernah berdua saja. Afi selalu menjadi orang ketiga di antara mereka. Janji pertemuan pun tidak diisi dengan acara macam-macam. Kalau tidak makan malam bersama ya jagongan di rumah Afi. Bahkan, tak jarang suami Afi ikut nimbrung bersama. ”Mudah-mudahan proses sidangnya (perceraian Mukhlis-Eli, red) cepat selesai,” kata Afi.(habis)  

Sumber: