Cinta pada Pandangan Pertama yang Berakhir tanpa Ikatan (1)

Cinta pada Pandangan Pertama yang Berakhir tanpa Ikatan (1)

Mak-Grenjel… Lengan Dosen Menyenggol Bagian Sensitif Intan

“Hamili aku. Sekarang. Mulai besok kita tidak akan bertemu lagi.” Kalimat ini diucapkan Yoyok (25, bukan nama sebenarnya) mengulangi permintaan pacarnya, sebut saja Intan, setahun lalu. Kini semua tinggal kenangan. Kenangan abadi yang tidak mungkin tersambung. Sebab, Intan telah hilang entah ke mana. Intan sudah memilih jalannya. Jalan yang tidak pernah dimengerti dan ditebak Yoyok. “Andai saat itu aku menuruti permintaannya, mungkin Intan masih bersamaku,” kata Yoyok, teman kuliah keponakan Memorandum di perguruan tinggi swasta papan atas Surabaya, belum lama ini. Keponakan Memorandum dkk memang sering dolan ke rumah untuk sekadar ngopi, bakar-bakar ikan, rujakan, atau konsultasi penulisan. Makalah, apalagi  skripsi. Yoyok mengaku pacaran vs Intan sejak bertemu pada pandangan pertama, empat tahun lalu. Waktu itu mereka sama-sama tercatat sebagai maba. “Kami sembunyi-sembunyi karena Intan dilarang pacaran oleh orang tuanya,” kata Yoyok. Keyakinan Yoyok waktu itu, Intan dilarang pacaran karena masih kuliah. Masih menuntut ilmu.  Demikian pula perkiraan Intan, karena dia memang tidak pernah mendapat penjelasan orang tuanya mengapa tidak boleh pacaran. “Akhirnya kami sepakat pacaran diam-diam. Artinya tanpa sepengetahuan orang tua Intan. Kalau keluargaku sih welcome. Papa dan Mama this oke-oke saja. Mama malah mengaku sudah cocok dengan Intan. Mereka sama-sama hobi masak,” cerita Yoyok. Orang tua Yoyok bahkan selalu melibatkan Intan dalam acara-acara keluarga. Termasuk saat mereka berwisata ke Bali, ke Hongkong, Macau, dan Shenzhen. “Dengan catatan, kami tidak boleh kebablasan,” tutur Yoyok. Hubungan Yoyok vs Intan berjalan lancar-lancar saja. Yoyok yang ganteng dan idola para mahasiswi tidak pernah berpaling ke lain hati. Padahal, banyak yang berebut mendekati ketua BEM tersebut. Intan tidak kalah godaan. Terutama oleh dosen muda dan dosen mata keranjang. Dia bahkan pernah dilecehkan secara fisik. Waktu itu sang dosen memanggil Intan untuk memaparkan pandangannya terhadap suatu persoalan. Intan pun maju dan membedah persoalan. Jelas dan gamblang. Disertai data dan sketsa. Tangannya corat-coret di papan tulis. Saat itulah si dosen mendekati Intan. Dia pura-pura membenahi sketsa yang digambarkan Intan. Tangannya mondar-mandir di depan Intan yang masih menghadap papan tulis.  Dan… mak-grenjel… lengan si dosen menyenggol bagian sensitif dada gadis tersebut. Tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. Kalau hanya sekali, mungkin itu bisa dikatakan ketidaksengajaan. Tapi, ini terjadi berulang-ulang, bahkan kentara sekali lengan sang dosen sengaja mengejar-ngejar sasaran. Hedeh! “Sampai-sampai Intan meludahi lengan dosen itu,” imbuh Yoyok, yang lantas ber-wk wk wk, wc wc wc. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: