Iman, Aman Imun, Aamiin
Oleh: Ali Murtadlo Covid membawa berkah. Kita tambah iman. Kalau tidak kebangetan. Setiap hari nyawa kita diintip. Sudah bejibun buktinya. Ada pejabat, ada profesor kedokteran, ada dokter spesialis, dan tak tak terhitung manusia biasa. Tiap hari kita mendengar tokoh ini meninggal. Dokter yang baru lulus PPDS gugur. RS penuh, tenaga medis kewalahan, dan vaksin yang tak kunjung datang. Hari ini Disway menulis itu. Bahkan, sang empu, Dahlan Iskan, begitu banyak mendapat pesanan titipan vaksin dari China. Tapi hampa. Wong, tak satu pun rakyat biasa China di sana yang sudah divaksin. Pemerintah kita janji paling cepat Desember nanti. Pesanan pertama Sinovac yang setara 10 juta botol itu sudah datang. Lalu, tiga bulan ini? Sebelum nunggu si vaksin? Semuanya ketakutan. Takut ketularan teman atau bahkan suami, isteri atau anak kita sendiri yang ditulari dari temannya. Ketakutan suami yang rajin ke tempat ibadah. Ketakutan karena isteri yang tetap rajin ke Pasar Pucang, atau anak yang tidak jelas di mana mainnya. Sebelum mendapat giliran, dan pasti akan mendapat giliran, mengapa tidak memilih bersiap-siap menyiapkan bekal terbaik saja: iman. Jaga ibadah, perbanyak zikir, tingkatkan tilawah, dan selalu berdoa semoga lolos dari corona dan kelak jika dipanggilNya, wafat dalam keadaan husnul khotimah. Akhir terbaik. Wafat dengan bekal yang super maksimal. Sebaik-baik bekal adalah takwa. Melaksanakan semua perintahnya, menjauhi larangannya. Jadi, jika hari gini masih berani belum sholat atau masih maksiat, menurut saya sungguh besar nyalinya. Nantang perkoro. Lalu, Aman. Itulah ihtiar kita. Bahasa pemerintahnya, WHO-nya, protokol kesehatan. Anda pasti sudah bosan mendengarnya.Termasuk mendengar suara Bu Risma di beberapa traffic lights di Surabaya. Anehnya, begitu sering Anda mendengarnya, begitu sering kita mengabaikannya. Lupa jaga jarak, lupa cuci tangan, lupa atau malas pakai masker. Iya apa iya? Lalu, Imun. Bisakah tubuh kita melawan si covid? Katanya bisa. Asal imunitas kita sempurna. Kebal 100 persen. Syaratnya? Anda sudah tahu: jaga pola makan, pola istirahat, dan pola olah raga.Terakhir, jika Anda sering mendengar tausiyah dr Agus Ali Fauzi, jangan kakean polah. Jangan banyak tingkah. Guyon tapi bener. Kita memang kebanyakan tingkah. Kalau tidak, tidak ada video "angel tuturane" itu. Iya nggak? Lalu, Aamiin. Semua mengatakan salah satu boosting terbaik meningkatkan imunitas adalah membuat stres hilang. Tinggal happy-nya. Cara meraihnya tidak di mana-mana. Bukan makan dengan menu Rp 1 juta per pack. Bukan, wisata di tempat terindah di dunia. Bukan mobil ala crazy rich yang menghadap Bu Risma yang harganya miliaran itu. Yang pintunya ndangak ke atas itu. Yang cuma dua pintu itu. Tempatnya di hati ini. Caranya dengan menenangkan, menenteramkan di meditasi kita, di yoga kita, di tahajud kita, di zikir kita. Di situlah kita mendapatkan hormon endorfin, kebahagiaan. Ekstasi yang keluar dari tubuh kita sendiri karena kita happy, karena kita pasrah 100 persen kepada Sang Pencipta. Mau diapakan saja ikhlas. Kita memang ciptaanNya dan akan kembali kepada pemilikNya. Makanya, kita berdoa sebanyak-banyak di dini hari, di kala hening-heningnya. Doa sekhusyuk-khusyuknya. Seyakin-yakinnya bahwa apa yang kita minta bakal dikabulkannya. AAMIIN. Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: