Perum Jasa Tirta I dan Mahasiswa UIN Akan Teliti Kualitas Air Sungai Brantas

Perum Jasa Tirta I dan Mahasiswa UIN Akan Teliti Kualitas Air Sungai Brantas

Malang, memorandum.co.id - Perum Jasa Tirta (PJT) I sebagai BUMN pengelola wilayah Sungai Brantas melakukan pendalaman untuk memahami pengaruh mikroplastik di air sungai. Penelitian dengan metode teruji dan memenuhi standar kaidah ilmiah sesuai panduan. Bahkan, pihaknya akan bekerja sama dengan mahasiswa UIN Malang dan Surabaya menjadi mitra peneliti di wilayah Sungai Brantas. “PJT I mengapresiasi penelitian para mahasiswa. Ini sebagai kepedulian pada lingkungan Sungai Brantas. Tentunya, masih ada yang perlu disempurnakan dalam penelitian. Karena itu akan bermitra dalam pendalaman penelitian,” terang Dirut PJT I Raymond Valiant Ruritan saat diskusi dengan mahasiswa pemerhati lingkungan peneliti Mikroplastik, di kantor PJT I Kota Malang, Jumat (11/9/2020). Mikroplastik lanjutnya, merupakan partikel dari polymer berdiameter kurang dari 5 mm. Sebagian dapat diamati secara visual dengan mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Namun, untuk mikroplastik berukuran lebih kecil (kurang dari 200 mikron) memerlukan instrumentasi dengan fourier transform infrared (FTIR). Sebelum penelitian tersebut, Perum Jasa Tirta I mengajak diskusi mahasiwa peneliti mikroplastik. Hal itu dilakukan, untuk memperoleh kesepahaman terkait metodologi penelitian dan pengambilan data sampel air. “Mikroplastik belum ditetapkan sebagai parameter penentuan kriteria mutu air sungai. Sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Diharapkan, dari hasil penelitian diharapkan, dapat memberikan pengaruh mikroplastik dalam menentukan status mutu air sungai,” papar Raymond. Sementara itu, salah satu mahasiswa peneliti, Alex Rahmatulloh mengaku telah meneliti di beberapa titik di Malang. “Kami lakukan di Bumiaji, Sengkaling, Klojen dan Jalan Muharto Kedungkandang. Dari lokasi itu, memang ada kadar kandungan mikroplastik. Ada potensi berbahaya pada titik yang kelimpahan. Namun, belum ada standarisasi berapa ukurannya,” terangnya. Disinggung apakah dari penelitian itu bisa disimpulkan bahwa air Sungai Brantas tercemar dan berbahaya, ia belum bisa memastikan. “Belum bisa ada kesimpulan itu. Karena masih data awal, masih perlu pendalaman lagi,” jelasnya. (edr/fer)

Sumber: