Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (9)

Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (9)

Ditantang Nikah saat Terluka Parah, Perutnya Tersabet Pedang

Pertarungan Andik dan Pangeran Sabrang Kali berlangsung hampir dua jam. Cuma sesekali mereka mengendorkan serangan untuk mengatur napas. Itu pun dengan kewaspadaan penuh sambil terus mengintip tajam lawan. Laila tidak pernah mengalihkan pandangan. Dia mencatat Andik berhasil sebelas kali melukai musuh, sementara Pangeran Sabrang Kali baru tujuh kali. Namun dari tujuh kali itu, satu di antaranya cukup mengancam jiwa Andik. Yaitu tatkala Pangeran Sabrang Kali berhasil mengarahkan pedang ke pinggang Andik. Untung Andik berhasil menghindar dengan sedikit memundurkan tubuh. Tapi, tak urung luka cukup dalam menembus perut. Bajuya koyak menjadi serpihan kecil. Saat itulah Laila melihat jahitan bekas luka di perut Andik. Tulisan ghain dan dal. Lamat-lamat dari jauh terdengar anjing menggonggong panjang. Tanpa terasa ujung malam mulai menjilati bumi. Seperti tersadarkan gonggongan anjing tadi, Andik dan Pangeran Sabrang Kali serempak menahan serangan. “Kita jumpa lagi nanti. Hati-hati, saat itulah kau akan mati di ujung pedang ini,” kata Pangeran Sabrang Kali. Tanpa menunggu jawaban, sang pangeran bertubuh kekar dan berwajah mirip gareng bersendawa itu menghentakkan kaki, meloncat ke tengah rimbun hutan dan menghilang. Tubuhnya lesap ditelan remang senja. Andik menjatuhkan diri duduk di bebatuan. Tak lama kemudian Laila muncul, “Kamu nggak apa-apa?” “Seperti yang kamu lihat. Hanya luka lecet,” kata Andik sambil menunjuk perut. Ternyata tidak seperti dugaan Andik, luka itu tidak sekadar lecet. Ada robekan panjang dan cukup dalam. Daging di bagian terdalam luka tadi bahkan sudah berubah warna. Menghitam. “Sebaiknya kita segera menikah,” kata Laila tiba-tiba. Kalimat ini tentu sangat mengejutkan bagi Andik. “Menikah?” “Kita harus segera menikah supaya aku bisa leluasa merawatmu. Tanpa harus canggung.” Keduanya saling pandang. “Aku punya paman yang tinggal dekat sini. Adik Ayah. Dulu sengaja diam-diam pergi dari istana. Ingin hidup sebagai orang biasa. Dia muslim seperti kamu,” kata Laila. “Kita minta Paman menikahkan kita,” imbuh Laila. Menjelang tengah malam, mereka akhirnya tiba di rumah paman Laila, sebut saja Abdul Al Karim. Orangnya ramah. Tinggal bersama istri dan dua anak. Karim dikenal sebagai guru ngaji dan ahli pengobatan herbal. Setelah membersihkan diri dan makan, mereka terlibat obrolan panjang. Laila menceritakan apa yang terjadi atasnya. “Ayahmu memang sudah lama ingin menyatukan kerajaannya dengan kerajaan ayah Pangeran Sabrang Kali. Mereka sama-sama ambisius. Namanya—sebut saja—Tara. Kaulah yang diharapkan jadi tali pengikat,” kata Paman Karim sambil tersenyum ke arah Laila. Yang jadi masalah, imbuh Paman Karim, Pangeran Sabrang Kali dikenal sangat kejam kepada rakyat. Seperti ayahnya. Adigung adiguno. Paman Karim dan sebagian besar keluarga tidak menyetujui perjodohan Laila vs Pangeran Sabrang Tapi apa daya? Ayah Laila sebagai penguasa ngotot dan memaksa anaknya harus mengikuti kehendak dia. Perjodohan jalan terus. Namun di tengah perencanaan yang semakin matang, Laila menghilang. Penguasa kerajaan geger. Prajurit dan alat pelacak dikerahkan untuk mencari keberadaan Laila. Sampai akhirnya ada prajurit yang melihat jelas Laila menunggang kuda bersama Andik. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: