Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (3)

Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (3)

Jatuh Cinta kepada Gadis Jin nan Cantik, Terinspirasi Pakde

Andik sempat bertanya kepada Pakde Limin, mengapa mereka yang manusia harus ikut campur menyelamatkan bangsa jin? Jawabnya: yang mengurusi manusia sudah sangat banyak. Mereka pandai-pandai. Berbeda dari bangsa jin yang lemah. “Dan, bangsa jin sendiri yang meminta pertolongan kita,” terang Pakde Limin. Untuk menjalankan tugasnya, Andik ditunjuki wilayah kerjanya. Dari ujung barat sampai ujung timur. Dari ujung selatan sampai ujung utara. Dari ketinggian sampai kedalaman. Sambil berkeliling seolah tanpa henti, Pakde Limin menjelaskan apa saja yang harus dilakukan Andik. “Jin-jin di forum tadi akan membantumu.Tugas utamamu adalah membunuh salah satu kaki tangan Dajjal yang mendahului kedatangan tuannya,” kata Pakde Limin sambil terus-menerus nerocos soal ilmu apa saja yang harus dipakai, strategi apa yang harus digunakan, dan siapa saja yang harus diwaspadai. Celakanya, semua arahan dan petunjuk Pakde Limin tidak satu kata pun yang masuk dan menempel di pikiran Andik. Seluruh konsentrsinya seperti tersedot untuk mengingat-ingat dan mengagumi kecantikan Laila Andik bahkan sampai membayangkan betapa indahnya bila bisa menpersunting Laila ke pelaminan. Andik larut dalam lamunan panjang. Dalam mimpi indah tak bertepi. Pakde Limin yang terlalu asyik menyampaikan arahan dan petunjuk baru sadar bahwa yang diajak bicara sangat abai ketika mereka terbang melewati samudera yang amat luas. “Apa yang kamu pikirkan?” tiba-tiba Pakde Limin mengajak Andik berhenti di sebuah puncak bukit. Istirahat di bawah pohon rindang. “Tampaknya aku jatuh cinta, Pakde.” “Modar. Kepada?” tanya Pakde Limin, meski sudah tahu siapa yang dijatuhcintai Andik. “Laila.” “Ini dunia jin, Ndik. Apa yang kamu lihat tidak seindah yang sebenarnya. Pilih saja wanita dari bangsa manusia. Banyak juga yang cantik.” “Tidak Pakde. Aku jatuh cinta kepadanya.” “Orang tuamu tidak akan setuju.” “Mereka tidak harus tahu.” “Kamu akan menyesal.” “Tidak akan, Pakde. Njenengan sendiri kan punya istri dari golongan jin?” Pakde Limin tercekat. Tidak bisa mengelak. Hanya tersenyum kecut. Sebab, dia memang pernah punya istri dari golongan jin. Jumlah istrinya empat. Dua dari golongan manusia dan dua dari golongan jin. Pakde Limin menyerah. Dia harus mencari tempat tinggal Laila dan melamarkan untuk Andik. Ternyata tidak mudah melacaknya. Butuh waktu untuk itu. Dan ketika sudah ditemukan, muncul masalah. Ternyata Laila bukan golongan jin muslim. Dia dan leluhurnya murni berdarah Yahudi. Karena itu, Pakde Limin menyadari bila Laila tak akan diizinkan menikah dengan non-Yahudi. Baik golongan jin maupun manusia. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: