Wardah, Agar Kita Tidak Inferior (3)

Wardah, Agar Kita Tidak Inferior (3)

Mengapa saya menulis panjang tentang Wardah? Karena ketika saya menulis Crazy Rich Surabaya Hermanto Tanoko, ada yang pesan agar saya menulis pribumi muslim yang sukses. "Supaya kita tidak inferior Mas. Kok sepertinya kita ini melempem terus. Tak ada tokoh bisnisnya yang hebat," pesannya lewat WA. Nah, Nurhayati Subakat, menurut saya, representasi yang sangat kuat. Pribumi (kelahiran Padang Panjang dari ayah yang Ketua Muhammadiyah setempat), pendidikan tinggi (Farmasi ITB), muslimah yang sangat taat (putrinya ketika sekolah di SMP Al Azhar Jakarta dia suruh mengenakan jilbab walau saat itu belum booming dan baru ada tiga temannya yang pakai). Dan, yang paling penting bisnisnya sangat sukses. Bisnis yang benar-benar riil bisnis. Tidak ada unsur KKN-nya, tak ada tender-tender tricky-nya, tak ada ketergantungan kepada pihak mana pun termasuk pemerintah. Bisnis yang diawali benar-benar dari bawah. Hanya Nurhayati seorang diri setelah sebelumnya kerja sebagai apoteker dan staf quality control di perusahaan kosmetika Wella. Nurhayati hanya dibantu satu stafnya --itu pun dia angkat dari asisten rumah tangganya-- membuat sampo bermerek Putri. Yang luar biasa, dia jual sendiri di salon-salon pinggiran Jakarta. Diterima. Lalu, mulai memasuki salon-salon yang lebih besar di ibu kota. Diterima. Home industrynya berkembang. Mulai dibikinkan badan hukumnya, PT Pustaka Tradisi Ibu yang kelak berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation (PTI). Kini, bisnisnya sudah raksasa. Boleh dibilang perusahaan kosmetika nomer satu di Indonesia. Salah satu ukurannya, karyawannya kini sudah 11 ribu orang. Pabriknya seluas 20 hektar. Kantornya di Jakarta ada 7 tempat yang luasnya dua hektar. Divisi Research and Development-nya saja seluas 2 ribu meter persegi. Dan kalau ukurannya dari istri kita, produknya sudah berada di rumah kita. Setidaknya, saya rutin mengantar nyonya ke salah counter Wardah favoritnya di Klampis Surabaya, sederetan dengan Rubrix e-sport, milik anak kedua kami. National Recognition tak terbilang banyaknya. Pada 2006 mendapatkan sertifikat GMP (Good Manufacturing Practice) atau CPKB (Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik). Pada 2012 Wardah mendapat penghargaan First Indonesian Original Brand (IOB) dari Majalah SWA. Sedang Majalah Gatra memberi penghargaan CEO Inovatif untuk Negeri 2012. Markplus Hermawan Kartajaya bersama Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) memberikan award berupa Consumer Growth Champion of The Year 2017: Merek dengan Pertumbuhan Penjualan Terbaik Sepanjang 2016. Sedang Majalah Tempo dan Corporate Image Commitee memberikan Corporate Image Award. Dari luar negeri, di level ASEAN, Paragon mendapat penghargaan ASEAN Business Award (ABA) pada 2019 pada kategori Women Entrepreneur yang diterima langsung oleh Nurhayati Subakat di Bangkok. Malaysia juga memberikan Penghargaan Pertumbuhan Penjualan Produk Tercepat. Pengakuan internasional lainnya: Nurhayati sebagai founder Paragon yang membawahi Wardah, Emina (kosmetika untuk milenial), Make Over (make up artis), dan Putri kerap diundang sebagai pembicara di luar negeri. "Ketika saya ceramah di Eropa, saya malah mendapat pertanyaan dari salah satu peserta yang ternyata CEO perusahaan kosmetika multinasional yang justru di Indonesia menjadi pesaing kita," katanya. Harvard Business School juga mengundang Nurhayati sebagai pembicara untuk menjawab fenomena kosmetikanya yang bisa mengalahkan pemain global. Nurhayati telah membuktikan bisa. Kita juga bisa meniru jejaknya. Syaratnya? "Mau dan bisa. Mau sangat penting karena terkait dengan niat. Niatnya harus benar-benar kuat. Niat yang kuat itu tidak ambruk jika menabrak tembok penghalang. Sedangkan bisa, sebaiknya kita berbisnis yang bisa kita kuasai. Contohnya saya, alumni farmasi, maka tentu saya bisa membuat kosmetik," katanya. Dahlan Iskan yang memimpin zoominar yang difasilitasi Jagaters-nya Mas Joko Intarto dan diikuti 500 peserta menambahkan: "Saya setuju yang penting mau dulu. Niat sangat penting harus bulat 24 karat. Sedangkan, bisa juga penting, tapi apa pun kalau ditekuni pasti bisa, walaupun background yang cocok seperti Bu Nur akan mempercepat proses kesuksesannya," kata DI. Mau? Semoga Anda menjadi The Next Nurhayati Subakat. Menambah deretan pengusaha pribumi muslim sukses berikutnya. Aamiin. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: