Pawai Ogoh-Ogoh Tawur Agung Kesanga, Umat Hindu Serukan Kedamaian

Pawai Ogoh-Ogoh Tawur Agung Kesanga, Umat Hindu Serukan Kedamaian

JEMBER - Ribuan umat hindu di Jember gelar pawai sembilan patung raksasa atau ogoh-ogoh dalam tawur agung kesanga. Dalam pawai ini diiringan berbagai macam tarian khas agama hindu dan tarian Bali. Pawai yang dimulai dari pura swasty dharma, menyampaikan pesan kedamaian dan kerukunan umat untuk suksesnya pemilu 2019, sebelum melaksanakan catur brata penyepian. Dengan diawali tarian pembuka khas Bali yang disajikan kaum ibu dan remaja putri, pawai ogoh-ogoh dalam tawur agung kesanga bersama ribuan umat hindu dari berbagai daerah, digelar di desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari, Jember, Rabu (6/3) malam. Sembilan patung raksasa, yang diawali dari dan berakhir di pura swasty dharma, mengelilingi jalan desa sejauh kurang lebih lima kilometer, sebagai rangkaian menyambut hari raya nyepi 1941. Adanya kedamaian, kerukunan dan kebersamaan umat beragama yang saling menghormati diharapkan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terlebih di tahun politik 2019, sangat rentan terjadi perpecahan antar golongan yang dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. “Pawai ogoh-ogoh tawur agung kesanga yang merupakan rangkaian ritual perayaan hari raya nyepi ini bertujuan untuk mensucikan diri dari hal negatif sehingga muncul hal positif, yang sebelumnya digelar upacara melasti, tawur pecaruan dan pengrupukan, sebelum melakukan catur brata penyepian," ungkap Wahyu Widodo pemuka agama Hindu, Kamis (7/3) dini hari Catur Brata sendiri bermakna bahwa manusia harus dapat mengendalikan nafsu atau amati geni, tidak boleh beraktivitas atau amati karya, tidak boleh bepergian atau amati lelungan dan amati lelanguan yang berarti tidak boleh bersenang dalam hal bersifat hiburan. Akhir dari pawai patung raksasa, sembilan patung ogoh-ogoh dibakar dengan ritual khusus, sebagai pertanda penyucian diri menuju kehidupan yang lebih baik. (edy/yok)

Sumber: