Unitomo Gandeng BNPB Siapkan Relawan Informasi di Tengah Pandemi
Surabaya, memorandum.co.id - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) bersama Pusat Studi Bencana dan Lingkungan (PSBL) Universitas Dr Soetomo (Unitomo) memberikan pembekalan gelombang I Kuliah Kerja Nyata Tematik Pengurangan Risiko Bencana Covid-19 (KKN Tematik PRB) secara daring online. Ketua LPPM Unitomo Dr Fadjar Kurnia Hartati menyampaikan, pembekalan gelombang II akan dilaksanakan pada Minggu (17/05) mendatang. “Keseluruhan peserta KKN kami bagi dalam 53 kelompok dan pembekalannya dibagi dua gelombang," ucapnya. Fadjar mengatakan pembekalan yang melibatkan peserta KKN dan dosen pembimbing lapangan (DPL) ini menerima arahan teknis yang diberikan langsung oleh Hendro Wardhono, Ketua PSBL Unitomo. “Melalui pembekalan ini kami bersama PSBL Unitomo menjelaskan teknis pelaksanaan KKN Tematik PRB Covid-19, yang bertujuan memberi kontribusi kepada pemerintah dalam hal self assesment, sebagaimana arahan dari Pak Lilik Kurniawan, Deputi BNPB Pusat yang disampaikan pada kuliah umum bulan lalu”, ungkap Doktor Bidang Ketahanan Pangan ini Fadjar menambahkan, setiap mahasiswa peserta KKN memiliki kewajiban membuat pelaporan hasil kinerjanya sebagai relawan nonmedis dalam memutus mata rantai Covid-19 pada masing-masing ketua kelompok yang telah dibentuk pada, Sabtu (06/06) mendatang. Fadjar memastikan Peserta KKN tahun ini melakukan pengabdian di rumah saja melalui aplikasi rekomendasi langsung dari BNPB yaitu INARISK. “Pihak LPPM telah sepakat bekerja sama dengan BPNB sebagai gugus tugas Covid-19 untuk melakukan kegiatan KKN tematik PRB sebagai relawan informasi bagi pemerintah, tentu dengan tetap mengemban tiga tugas pokok yakni edukasi, sosialisasi, dan mitigasi, yang keseluruhannya bisa dilakukan di rumah saja. Ini pertama kali kami lakukan di Unitomo," imbuhnya. Senada dengan Fadjar, Hendro Wardhono, Ketua PSBL Unitomo menjelaskan kegiatan KKN Tematik PRB COVID-19 sangat membantu pemerintah dalam memberikan data. “Nantinya data-data mahasiswa akan mengarah pada dasawisma dalam self assessment tersebut, jadi jika satu mahasiswa memperoleh 10 data keluarga, maka setidaknya kita memiliki 500 mahasiswa peserta KKN yang akan mendapatkan 5.000 data keluarga di berbagai daerah asal mahasiswa tersebut," terangnya. Hendro menegaskan kepada peserta KKN sebisa mungkin jangan mendahulukan pendataan ke orang-orang di luar keluarga. “Utamakan pengumpulan data di lingkungan keluarga, bisa keluarga tante atau om kita. Di mana kita bisa menjalin informasi dengan keluarga melalui media sosial seperti WhatsApp, sehingga kita tetap mematuhi anjuran pemerintah untuk tetap di rumah saja selama masa pandemi, namun melakukan kegiatan pengabdian yang dampaknya luar biasa bagi masyarakat," pungkasnya. (lis/gus)
Sumber: