Aktivis KOPIPA Desak Pemulihan Sungai Brantas, Kritik Program Brantas Tuntas

Aktivis KOPIPA Desak Pemulihan Sungai Brantas, Kritik Program Brantas Tuntas

Kepunahan ikan dan pencemaran Sungai Brantas.-Anwar Hidayat-

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID – Setelah menggelar aksi penolakan kepunahan ikan dan pencemaran Sungai Brantas, aktivis Komunitas Pecinta Ikan dan Perairan Nusantara (KOPIPA) menegaskan bahwa perjuangan mereka tidak akan berhenti.

BACA JUGA:Aplikasi BrantaSae PJT I, Wujud Kolaborasi Kelestarian Sungai Brantas

Mereka mendesak pemerintah untuk melaksanakan putusan Mahkamah Agung (MA) yang memerintahkan pemulihan habitat ikan di Sungai Brantas. 


--

Namun, aktivis juga mengkritik program Brantas Tuntas yang pernah diluncurkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pada awal masa jabatannya. Menurut mereka, program tersebut hanya bersifat seremonial tanpa ada keberlanjutan yang nyata.

BACA JUGA:Aktivis Lingkungan KOPIPA Desak Pemerintah Pulihkan Ekosistem Sungai Berantas yang Terancam Punah

Jofan Aprilia, koordinator aksi KOPIPA, menyebut bahwa program Brantas Tuntas yang digagas Gubernur Khofifah saat baru dilantik seharusnya menjadi langkah besar untuk menyelamatkan Sungai Brantas. Namun, dalam praktiknya, program ini dinilai gagal memberikan dampak signifikan.

BACA JUGA:Normalisasi Sungai di Surabaya, Ini Kata Kepala BBWS Brantas

"Program Brantas Tuntas dulu sempat jadi harapan besar bagi kami. Tapi faktanya, setelah beberapa tahun berjalan, program ini hanya seremonial belaka. Tidak ada upaya pemulihan sungai yang konkret, seperti normalisasi, restorasi morfologi, atau pengembalian habitat akuatik," ungkap Jofan, Kamis 13 Februari 2025.

Menurut data yang dihimpun KOPIPA, kondisi Sungai Brantas saat ini semakin memprihatinkan. Salah satu indikator utama adalah rendahnya kadar oksigen terlarut (DO-dissolved oxygen) dalam air. 

BACA JUGA:Konservasi, PJT I dan PLN Tanam Pohon di Arboretum Sumber Brantas

Kadar oksigen terlarut yang rendah membuat biota air sulit bernapas, sehingga banyak spesies ikan mati atau bermigrasi ke tempat lain.

Selain itu, kandungan amoniak di Sungai Brantas dilaporkan mencapai 30 kali lipat di atas batas normal. Hal ini disebabkan limbah domestik dan industri yang tidak diolah dengan baik sebelum dibuang ke sungai. Kandungan amoniak yang tinggi tidak hanya membahayakan ekosistem sungai, tetapi juga mengancam kesehatan manusia. 

"Bayangkan saja, bagaimana mungkin ikan bisa hidup di lingkungan seperti itu? Bahkan mikroorganisme pun sulit bertahan. Ini adalah alarm bahaya bagi kita semua," kata Jofan.

Sumber: